Tentang Ki Ageng Gribig, sang penyebar Islam yang identitasnya masih jadi pertanyaan besar.
Merdeka.com, Malang - Ki Ageng Gribig, merupakan seorang tokoh penyebar Islam yang namanya tersohor tahun 1600-an. Nama Ki Ageng Gribig, juga disebut sebagai salah satu sosok yang berperan mendirikan kota Malang.
Ada sebuah kisah yang menceritakan tentang Ki Ageng Gribig sebagai pendiri kota Malang. Konon, Ki Ageng Gribig merupakan sosok yang memiliki hobi berkelana ke tempat-tempat jauh. Tujuannya, ia ingin memperkuat iman sambil menimba ilmu.
Hingga suatu hari, Ki Ageng Gribig menemukan sebuah tempat di tengah hutan lebat. Merasa cocok dengan tempat tersebut, Ki Ageng Gribig kemudian membabat hutan tersebut dan menjadikannya sebagai pemukiman. Tempat itulah yang menjadi cikal-bakal berdirinya sebuah daerah yang kini dikenal dengan nama Malang.
Misteri identitas Ki Ageng Gribig
Pertanyaan besar masih menyelimuti identitas Ki Ageng Gribig yang sebenarnya. Dilansir melalui akun sosial media Kisah Cerita Waliyullah, Ki Ageng Gribig bernama asli Wasibagno Timur, atau Syekh Wasihatno. Disebutkan, Ki Ageng Gribig merupakan keturunan dari Prabu Brawijaya V, raja terakhir kerajaan Majapahit.
Ki Ageng Gribig diyakini sebagai putra Raden Mas Guntur atau Prabu Wasi Jaladara. Raden Mas Guntur adalah putra dari Jaka Dolog, yang merupakan putra dari Raja Brawijaya V.
Akun tersebut pun menyebutkan, berdasar pada buku berjudul 'Muhammadiyah Setengah Abad 1912-1962, Ki Ageng Gribig disebutkan sebagai keturunan dari Maulana Malik Ibrahim atau lebih dikenal dengan nama Sunan Gresik. Maulana Sulaiman atau Ki Ageng Gribig merupakan putra dari Maulana Muhammad Fadhillah atau Sunan Prapen. Sunan Prapen adalah putra dari Sunan Giri, yang merupakan putra Maulana Ishaq. Maulana Ishaq adalah putra dari Sunan Gresik.
Komplek Makam Ki Ageng Gribig
Komplek makam Ki Ageng Gribig terletak di jalan Ki Ageng Gribig gang II, kelurahan Madyopuro, kecamatan Kedungkandang, kota Malang. Tak hanya makam Ki Ageng Gribig, dalam komplek makam tersebut terdapat pula makam para Bupati Malang yang pernah memerintah pada akhir abad ke-19 hingga abad ke-20.
Salah satunya, terdapat makam R.A.A Notodiningrat, Bupati Malang yang pertama. Bupati Notodiningrat adalah orang yang yakin akan kisah Ki Ageng Gribig sebagai sosok pendiri cikal-bakal Malang. Setelah menemukan makam Ki Ageng Gribig, Bupati Notodiningrat kemudia membangun dan memelihara makam tersebut. Notodiningrat lah sosok yang membangun makam Ki Ageng Gribig sebagai makam keluarga dan berlangsung turun-temurun.
Komplek makam Ki Ageng Gribig merupakan salah satu tempat yang dikeramatkan. Pada waktu tertentu, ada saja peziarah yang datang meramaikan makam. Peziarah tersebut umumnya datang dengan tujuan khusus, seperti mencari berkah keselamatan, penglarisan, dan bahkan berburu pusaka.
Sebenarnya, makam Ki Ageng Gribig tak hanya diyakini berada di kota Malang. Makam Ki Ageng Gribig juga diyakini berada di desa Krajan, kecamatan Jatinom, Klaten, Jawa Tengah. Setiap perayaan haul Ki Ageng Gribig, warga setempat menggelar tradisi Saparan Yaqowiyu. Sebuah ritual penyebaran kue apem yang biasanya akan diperebutkan oleh pengunjung. Tradisi tersebut biasanya diadakan sekitar tanggal 15 bulan Safar pada penanggalan Hijriyah.
Tradisi ini bermula ketika Ki Ageng Gribig pulang dari tanah suci membawa oleh-oleh kue apem. Anehnya, kue yang dibawa oleh Ki Ageng Gribig tersebut masih hangat. Para santri pun berebut mendapatkan oleh-oleh tersebut. Karena tidak cukup, maka Nyi Ageng Gribig membuat apem yang pun dibagikan kepada penduduk Jatinom. Semenjak saat itu, masyarakat Jatinom mengikuti dengan membuat apem, untuk keselamatan.