Di usia yang masih muda, dr. Gamal Albinsaid sudah membuat cara yang membuat semua orang lebih mudah mendapat pelayanan kesehatan yang memadai.
Merdeka.com, Malang - Di tengah kian meningkatnya biaya kesehatan serta tuntutan hidup yang terus bertambah, seorang dokter asal Malang berhasil menjadikan sampah sebagai bayaran bagi banyak orang untuk mendapat layanan kesehatan yang cukup memadai tanpa mengeluarkan uang yang terlalu banyak.
Berkat terobosan yang dibuatnya tersebut, dokter muda ini mendapat penghargaan "The Prince of Wales Young Sustainability Entrepreneur" dari Pangeran Charles di Inggris, menyisihkan 511 wirausaha peserta dari 90 negara. penghargaan itu diumumkan Pangeran Charles dalam upacara di Istana Buckingham bersama CEO Unilever, Paul Polman, dan Vice Canchellor dari Universitas Cambridge, Professor Sir Leszek Borysiewicz di hadapan pemimpin organisasi dan perusahaan internasional lainnya.
Penghargaan yang diberikan itu berkat keberhasilannya dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan sistem Klinik Asuransi Sampah di Kota Malang. Klinik itu sendiri dibentuk oleh dr. Gamal dengan beberapa temannya dalam sebuah organisasi bernama Indonesia Medika.
Motivasi untuk membuat layanan kesehatan ini adalah karena sebuah cerita tentang putri seorang pemulung yang meniggal karena tidak dapat membayar biaya kesehatan. hal lain yang menjadi motivasi adalah karena masih sedikitnya jumlah penduduk Indonesia yang memiliki asuransi dan rendahnya pemasukan masyarakat.
Ide menggunakan sampah sebagai biaya pengobatan muncul karena keyakinan bahwa setiap rumah tangga pasti menghasilkan sampah setiap harinya. Sampah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai biaya untuk membayar pengobatan di klinik yang dimilikinya.
Pada klinik ini, masyarakat mendapat berbagai macam fasilitas kesehatan berupa pemeriksaan medis, cek gula darah, serta obat. Melalui asuransi sampah tersebut, setiap orang diberi jatah berobat dua kali dalam sebulan. Selain pengobatan, terdapat juga berbagai hal seperti penyuluhan dan rehabilitasi serta konsultasi dengan dokter melalui jaringan telepon.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh dr. Gamal tersebut menunjukkan bahwa masih ada terang untuk banyak masyarakat tidak mampu memperoleh pengobatan yang memadai.