1. MALANG
  2. GAYA HIDUP

Mengenal MARINE, pengawas 24 jam di area konservasi Pantai Tiga Warna

Mengenal MARINE, alat pemantau para pelanggar di kawasan konservasi Pantai Tiga Warna. Alat ini memanfaatkan sinar matahari sebagai energi.

Pantai Tiga Warna. ©2017 Merdeka.com Reporter : Siti Rutmawati | Senin, 07 Agustus 2017 19:22

Merdeka.com, Malang - Sejak 2012 lalu, Pantai Tiga Warna menjadi salah satu pantai di Malang Selatan yang masuk dalam daftar Marine Protective Area (MPA). Yakni, kawasan pantai yang dilindungi oleh undang-undang, baik sebagian atau keseluruhan lingkungannya. Secara administratif, pantai ini terletak di dusun Sendang Biru, desa Tambakrejo, kecamatan Sumbermanjing Wetan, kabupaten Malang.

Pantai Tiga Warna memiliki keunikan pada terbentuknya tiga gradasi warna pada air lautnya. Gradasi warna putih, hijau dan biru pekat pada air laut itu, mampu memikat wisatawan untuk berkunjung ke pantai ini. Selain warnanya yang elok, pantai ini juga cukup memikat bagi para pecinta snorkling.Kendati demikian, jumlah pengunjung pantai tiga warna ini harus dibatasi, mengingat lokasinya termasuk dalam kawasan konservasi.

Memiliki gradasi warna yang elok, kondisi terumbu karang di pantai yang masuk dalam kawasan Clungup Mangrove Conservation (CMC) ini, cukup mengkhawatirkan. Pasalnya, hampir seluruh terumbu karangnya mengalami pemutihan (coral bleaching). Kondisi ini salah satunya disebabkan adanya kenaikan suhu pada permukaan air laut. Selain itu, lepasnya alga yang bersimbiosis dengan hewan karang menyebabkan karang tidak mendapatkan asupan makanan. Akibatnya, pigmen yang terdapat pada karang pun memudar.

Dilansir Prasetya Online Universitas Brawijaya, permasalahan lain yang menimpa Pantai Tiga Warna adalah kurangnya pengawasan terhadap pengunjung dan kapal. Kendati sudah dilarang, namun beberapa pengunjung masih memasuki daerah Konservasi Zona Inti (No Take Zone).

Mencoba menawarkan solusi akan permasalahan tersebut, sekelompok mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, menggagas sebuah alat yang dapat mengukur kualitas air laut (pH, salinitas dan suhu) secara berkala. Yakni, dengan sistem sensor dan monitoring menggunakan kamera CCTV terhadap pelanggar di kawasan konservasi Pantai Tiga Warna.

MARINE, Alat Pemantau Kawasan Konservasi
© prasetya.ub.ac.id/Humas Universitas Brawijaya

 

Selain memiliki fungsi pengawasan, alat yang dinamai Monitoring Application for Conservation Area (MARINE) ini, juga berperan membatasi wilayah yang boleh diakses manusia. Alat berbentuk pelampung ini, akan diletakkan di laut dengan jarak sekitar 300 meter dari bibir pantai, dan kedalaman 5-10 meter. Daya MARINE berasal dari sinar matahari dan jika malam hari energi akan disimpan dalam aki. Sehingga, alat ini mampu bekerja selama 24 jam.

Terkait komponen alat, MARINE terdiri dari sensor pH, salinitas dan suhu serta kamera CCTV. Energi yang digunakan berupa sinar matahari sebagai daya untuk ketiga sensor dan kamera tersebut.

Alat ini bekerja dengan mengirim data kualitas air dan video melalui modul GSM dan video sender menuju sekretariat Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru, sebagai pengelola CMC. Setelah itu, data yang diperoleh akan ditampilkan pada layar komputer.

Saat ini, MARINE tengah berada dalam proses pengujian akhir. Alat ini juga telah disosialisasikan pada Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru yang mengelola kawasan Clungup Mangrove Conservation (CMC).

PILIHAN EDITOR

(SR)
  1. Lingkungan
  2. Universitas Brawijaya
  3. Mahasiswa
  4. Penelitian
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA