Wali Kota Malang, Sutiaji menyusuri jalanan memantau keberadaan para anak jalanan, gelandangan dan pengemis di sudut-sudut kota.
Merdeka.com, Malang - Wali Kota Malang, Sutiaji menyusuri jalanan memantau keberadaan para anak jalanan (anjal), gelandangan dan pengemis (Gepeng) di sudut-sudut kota. Bersama rombongan menuju ke sejumlah titik-titik yang diduga menjadi tempat tinggal ilegal.
Pantauan dilakukan dalam rangka mewujudkan Kota Malang Bermartabat salah satunya dengan menjadikan Kota Malang destinasi wisata. Tujuan itu dibutuhkan kondisi kondisi yang nyaman dan aman dengan tata kota yang ramah dan berkelanjutan.
"Malang kalau kita jadikan Malang Heritage, Malang menjadi destinasi wisata, maka kebersihan harus dijaga,” ujar Sutiaji usai berdialog dengan anjal dan gepeng di Kawasan Jagalah, Kota Malang, Selasa (16/10) malam.
Sutiaji bersama Satpol PP dan Dinas Sosial Kota Malang berkeliling. Anjal dan gepeng ditemukan banyak memanfaatkan trotoar untuk tidur malam atau tempat tinggal.
Di kawasan Blimbing terpantau 1-2 orang tidur di trotoar, namun di Kawasan Jagalan sekitar Jalan Arif Rahman Hakim ditemukan puluhan orang anjal dan gepeng tidur di atas trotoar emperan toko.
Sutiaji mendatangi dan mengajak mereka berdialog dengan menanyakan asal dan kegiatan sehari-hari. Di akhir dialog, Sutiaji memberi uang transport agar digunakan pulang ke daerah asal masing-masing.
Namun, ditegaskan Pemkot tidak akan memberi toleransi jika mereka kembali lagi beraktivitas seperti semula di Kota Malang. Sementara diberi toleransi, agar bersedia pulang ke daerah masing-masing.
"Ketika besok kita akan lakukan penertiban dan mereka masih di sini, mau tidak mau kita lakukan tindakan penertiban sesuai SOP. Kita inventarisir kita identifikasi kita lakukan pembinaan dan kita pemulangan," ujar Sutiaji.
Kepala Satpol PP Kota Malang, Priyadi yang ikut mendampingi memberi seruan kepada anjal dan gepeng. Ia menegaskan agar tidak kembali lagi ke Kota Malang.
"Buk sesuk nek nang kene meneh, diangkut Satpol PP nggih, ngertos nggih, wis dikandadi yoo," tegasnya dalam bahasa Jawa.
Sutiaji juga mengimbau masyarakat untuk tidak memberi sumbangan kepada anjal dan gepeng di trotoar. Karena menimbulkan budaya tidak baik.
"Sesungguhnya ini tidak manusiawi ketika kita membiarkan demikian dan kedua menggangu ketertiban. Saya mohon kepada masyarakat tentunya, tidak memberikan sumbangan dan lain sebagainya,” kata Sutiaji.
Dinas Sosial sendiri bersama sejumlah komunitas telah mensosialisasi gerakan stop memberi sumbangan pada anjal dan gepeng sejak 2016. Hal ini untuk mendukung penertiban dan pembersihan anjal dan gepeng di perempatan yang kerap mengganggu ketertiban umum.
Selain itu, ratusan gepeng dan anjal juga mendapat penanganan dari Dinsos Kota Malang. Mereka dibina dan mendapat ketrampilan membuat kerupuk, olahan telur asin, tahu dan lainnya, guna memberikan alternatif penghidupan.
Dinsos memberi motivasi agar mereka memiliki asa dan semangat lebih maju dalam menata hidup, selain membantu memasarkan hasil karyanya.