Candi Sumberawan diperkirakan berdiri abad ke-14 dan awal abad ke-15. Di sekitar candi terdapat sumber air yang hingga kini masih disakralkan.
Merdeka.com, Malang - Candi Sumberawan merupakan sebuah peninggalan sejarah yang berasal dari abad ke-14 atau awal abad ke-15. Prasasti Negarakertagama menyebutkan, candi Sumberawan diidentifikasikan sebagai Kasurangganan, yakni taman surga Nimfa. Candi sumberawan terletak di lingkungan desa dengan latar pegunungan yang elok.
Secara administratif, candi Sumberawan terletak di desa Toyomarto, kecamatan Singosari, kabupaten Malang. Lokasi candi Sumberawan berjarak sekitar 5-6 kilometer dari candi Singosari. Suasana di sekitar candi sangat tepat untuk menenangkan diri, lantaran terletak di kawasan hutan yang rindang.
Melirik pada bangunan candi, batur (alas) candi berbentuk bujur sangkar serta tidak memiliki tangga naik. Candi yang ditemukan pertama kali pada tahun 1904 ini tidak memiliki relief. Candi yang terbuat dari batu andesit ini hanya terdiri dari kaki dan badan yang berbentuk stupa.
Candi Sumberawan merupakan satu-satunya candi yang berbentuk stupa di Jawa Timur. Berdasar itu, candi ini memberi indikasi mulai berkembangnya Budha di Singosari. Konon, Hayam Wuruk sempat berkunjung ke scandi ini pada tahun 1359 Masehi. Hayam Wuruk merupakan raja Majapahit yang memerintah pada tahun 1350-1389.
Keberadaan beberapa sesajen bungan dan dupa yang dibakar menghadap candi menunjukkan bahwa candi ini masih digunakan sebagai tempat sakral dan suci. Demikian pula dengan warga setempat, candi Sumberawan masih dijaga dan dihormati sebagai tempat yang dikeramatkan.
Berjalan-jalan di sekitar candi, terdapat dua buah petirtaan yang hingga kini masih dikeramatkan. Menuruni beberapa pijakan tangga, terdapat kolam kecil dengan iar jernih yang mengalir dari sebuah patung seorang dewi yang tampak berlumut. Air keluar dari sebuah kendi yang diapit oleh patung dewi tersebut. Pengunjung diperbolehkan mengambil air tersebut dengan izin dari juru kunci candi Sumberawan.