Kebiasaan tidur memeluk guling ternyata dapat ditelusuri hingga pada masa penjajahan Belanda dan merupakan perpaduan budaya China.
Merdeka.com, Malang - Memeluk guling dan menarik selimut merupakan sebuah kenikmatan yang dialami ketika pagi hari ketika mata masih mengantuk dan hawa masih dingin. Kebiasaan tidur memeluk guling ini sendiri merupakan hal yang sangat umum dilakukan di Indonesia.
Selain bantal, guling merupakan salah satu teman tidur yang tak pernah absen dari kamar orang Indonesia. Uniknya, guling sendiri merupakan salah satu hal yang cukup asing bagi beberapa masyarakat luar negeri.
Guling sendiri disebut merupakan sebuah kebiasaan yang lahir dari kebudayaan Indis atau Hindia Belanda pada sekitar abad 18 hingga 19. Munculnya guling ini merupakan perpaduan antara kebudayaan Eropa, Indonesia, dan China yang memang sering terjadi pada kaum Indis pada masa itu.
Diceritakan bahwa guling hanya akan ditemukan di wilayah Hindia Belanda saja. Penyebabnya adalah karena kedatangan orang Belanda dari Eropa ke wilayah ini.
Masyarakat Belanda yang pada saat itu terkenal pelit dan tidak membawa perempuan akhirnya mencari cara untuk menemani tidur mereka. Beberapa orang memilih memelihara gundik, namun beberapa lainnya membuat gantinya berupa guling sebagai teman tidur.
Walau disebut pertama kali dibawa dan ditemukan oleh masyarakat Belanda di Nusantara, namun terdapat sebutan Dutch Wife atau Istri Belanda bagi guling yang ternyata diciptakan oleh orang Inggris. Nama Dutch Wife sendiri disebut dicetuskan oleh Thomas Stamford Raffles ketika melihat kebiasaan orang Belanda di Nusantara.
Kebiasaan tidur menggunakan guling pada awalnya merupakan hal yang dilakukan oleh kaum kelas atas namun akhirnya menyebar dan banyak dilakukan oleh masyarakat umum. Seiring berkembangnya waktu, guling sendiri menyebar menjadi sebuah benda yang umum dijumpai di rumah tangga masyarakat Indonesia.
Bentuk guling yang memanjang sebenarnya berasal dari guling yang sudah ada pada beberapa budaya Asia timur. Di China benda ini disebut sebagai zhufuren, di Korea benda ini dinamai jukbuin, dan di Jepang dikenal istilah chikufujin. Semuanya mengacu pada guling dengan bentuk memanjang hanya saja terbuat dari bambu.
Masuknya budaya China ke wilayah Nusantara dan kemudian munculnya penjajahan telah membuat guling yang sebelumnya tidak begitu terkenal menjadi banyak digunakan oleh orang Belanda hingga akhirnya ditiru banyak orang. Saat ini guling adalah teman tidur paling populer bagi banyak orang di Indonesia.
Dilansir dari Nikkei Asian Review, nama guling yang kita gunakan sendiri berasal dari bentuknya dan cara menggunakannya. Ketika memeluk guling, penggunanya dapat berguling-guling dan berpindah posisi bersama guling yang mereka peluk.