Berdiri sejak masa penjajahan, deretan hotel ini warisi kekayaan arsitektur lawas bergaya Eropa.
Merdeka.com, Malang - Malang merupakan Kota yang terbilang kaya dengan peninggalan sejarah, salah satunya bangunan tua peninggalan masa penjajahan. Beberapa di antaranya kini telah menjadi sederetan hotel yang ramai dikunjungi para wisatawan. Gaya arsitektur lawas yang masih tertinggal dalam bangunan hotel tersebut menjadi salah satu daya tarik yang cukup memikat. Penasaran dengan gaya arsitektur lawas deretan hotel tersebut?
1. Hotel Riche Heritage
Berdiri dengan wajah baru di tengah jantung Kota Malang, Hotel Riche didirikan pertama kali tahun 1930. Pencapaian usia yang tidak muda lagi, untuk sebuah bangunan yang berdiri elok di lokasi yang tak berubah.
Meskipun telah mengalami renovasi, beberapa ruangan lawas hotel Riche masih dipertahankan. Beberapa ruangan yang masih siap menerima tamu masih bergaya jadul dengan perabotan lawas yang masih apik.
2. Hotel Pelangi
Mengalami perubahan bentuk beberapa kali, usia bangunan Hotel Pelangi mencapai usia lebih dari satu abad. Berdiri pertama kali dengan nama hotel Lapidoth tahun 1860, dan hotel tersebut berganti nama menjadi Hotel Malang tahun 1870.
Saat itu, bangunan hotel masih bergaya tradisional dan menyerupai pendopo. Sebelum bangunan dihancurkan, nama hotel ini berganti menjadi Jensen sekitar tahun 1900.
Tahun 1915, diatas tanah bekas bangunan Hotel Jensen, akhirnya didirikan sebuah bangunan baru yang dinamai Hotel Palace. Penamaan Pelangi muncul tahun 1953 saat hotel tersebut beralih pemilik tahun 1953. Hingga kini, bangunan lama hotel Palace masih dipertahankan, meskipun telah kehilangan dua menara yang menjadi ciri khasnya.
3. Hotel Niagara
Hotel yang masih berdiri kokoh ini memang selalu menarik minat untuk di simak. Berdiri tahun 1918, hotel ini masih mempertahankan gaya bata ekspos khas Eropa. Hingga kini, Hotel Niagara masih menyimpan kekayaan arsitektur tahun 1990-an yang khas. Desain interior yang secara garis besar menggunakan hiasan gaya art nuovo dan art deco terlihat masih apik.
Keunikan bangunan hotel Niagara terletak pada gaya interior yang berbeda-beda di setiap lantainya. Tak heran, jika bangunan hotel ini digarap sekitar 15 tahun oleh seorang arsitek keturunan Brasil, bernama Joseph Pinedo.
4. Hotel The Alimar
Hotel yang diapit sederetan bangunan di area perbelanjaan Pasar Besar memang selalu bisa menarik perhatian. Bangunan warisan kekayaan aristektur Belanda abad ke-18 ini memiliki skybridge pertama di Jawa Timur. Suasana klasik mewah khas kolonial muncul dari ornamen yang melekat pada bangunan hotel.
5. Kartika Wijaya Heritage
Gaya arsitektur Eropa Kuno masih terasa kental pada ruang lobi, terutama dengan adanya kaca mozaik bergambar peta Jawa Timur, atap dan pilar hotel yang menyerupai bangunan di Switzerland.
6. Shalimar Boutique Hotel
Hotel Graha Cakra yang kini dikenal dengan The Shalimar Boutique Hotel ini memiliki gaya arsitektur kolonial tahun 1930-an. Bangunan hotel ini dahulunya digunakan sebagai The Society of Freemasons di Kota Malang. Bangunan hotel ini menggunakan gaya arsitektur art deco karya seorang Arsitek Belanda, bernama Muller.