Dalam usia yang 103 tahun ini, kota Malang telah berkembang dari hanya sebuah kawedanan menjadi kota besar yang padat dan modern.
Merdeka.com, Malang - Kota Malang merupakan salah satu wilayah yang memiliki sejarah cukup panjang yang dapat dibuktikan melalui berbagai peninggalan dan petilasan sejarah di wilayahnya .Walau begitu wilayah kota Malang memiliki usia yang lebih muda dibanding dengan tetangganya, kabupaten Malang.
Berbeda dari Kabupaten Malang yang memulai hitungan tahun kelahirannya dari tahun 760 yaitu pada masa kerajaan Kanjuruhan. Hari jadi kota Malang dihitung berdasar pendirian Malang Stadsgemeente yang digagas oleh pemerintah kolonial Belanda pada masa itu yaitu pada tahun 1914.
Usia kelahiran yang dihitung sejak masa pendudukan Belanda ini membuat usia kota Malang menjadi terlihat muda yaitu hanya 103 tahun. Sebelum menjadi sebuah stadsgemeente atau kotapraja sendiri, Malang sebelumnya berada di bawah wilayah administrasi karesidenan Pasuruan hingga berdiri sendiri pada 1914 tersebut.
Pada tahun kelahiran kotamadya Malang sendiri yaitu pada 1914, kota ini sebenarnya dianggap lahir cukup prematur. Pada saat itu kota Malang masih baru saja berkembang pesat dan belum memiliki kelengkapan seperti layaknya kota lain yang berupa dewan kota serta wali kota.
Belum cukupnya persiapan ini terjadi lantaran pada saat itu kota Malang memang baru berkembang pesat pada akhir abad ke-19 bersamaan dengan majunya industri gula dan rokok di kota Malang. Setelah berkembangnya industri tersebut, Malang yang sebelumnya lebih banyak digunakan sebagai kota militer semakin banyak didatangi penduduk dan mengakibatkan banyaknya fasilitas yang terbangun hingga pada tahun 1905 dianggap cukup mapan sebagai sebuah kota.
Sebelum menjadi sebuah kota sendiri, sebelumnya wilayah kota Malang merupakan salah satu bagian dari Kabupaten Malang yang berada di bawah karesidenan Pasuruan. Pada saat itu, Malang mempunyai delapan kawedanan atau distrik yang terdiri dari Karanglo, Pakis, Gondanglegi, Penanggungan, Sengoro, Antang ( Ngantang), Turen dan kawedanan Kotta.
Sebagai salah satu kawedanan, wilayah dari kota Malang sendiri membawahi 13 kampung. Seluruh kampung ini kemudian menjadi wilayah dari kota Malang yang kita kenal saat ini, yaitu Kidulpasar, Taloon (Talun), Kahooman (Kauman), Leddok, Padeyan, Klojen, Lor Alun, Gadang, Tameengoonhan (Temenggungan), Palleyan (Polean), Jodeepan (Jodipan), Kabalen dan Cooto lawas ( Kota lama).
Akhirnya, pada 1914 karena pertumbuhan penduduk yang pesat serta dianggap cukup siap, Malang akhirnya menjadi kotapraja sendiri. Pada saat itu, jabatan wali kota masih dirangkap oleh asisten residen FL. Broekveldt yang kemudian digantikan oleh JJ. Coert hingga terpilihnya Mr. HI. Bussemaker sebagai wali kota di tahun 1919.
Karena pembangunan yang tepat, iklim yang bagus, dan pertumbuhan ekonomi yang pesat, kota Malang terus berbenah dan menjadi salah satu wilayah yang nyaman ditinggali dan bahkan disukai oleh masyarakat Eropa. Seiring waktu dibangun berbagai fasilitas penunjang yang cukup mewah seperti kompleks olahraga di stadion Gajayana dan arena pacuan kuda.
Pada era perjuangan kemerdekaan, kota Malang juga memiliki andil cukup besar dengan mengirim banyak pejuang ke pertempuran Surabaya serta taktik bumi hangus yang dilakukan. Bahkan, di Malang juga sempat dilaksanakan kongres Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Walau secara pemerintahan kota Malang berdiri atas bentukan pemerintah kolonial, selanjutnya kota ini berkembang ke arah yang berbeda dan menjadi salah satu basis perjuangan. Bahkan kota Malang sendiri sempat dicalonkan sebagai salah satu wilayah yang potensial untuk ibu kota negara Indonesia.
Hingga saat ini kota Malang terus berkembang dan dikenal dengan berbagai julukan mulai dari kota wisata hingga kota pendidikan. 103 tahun sudah kota madya yang dianggap lahir dengan prematur ini berkembang dan mengukir kisah sejarahnya sendiri. Selamat ulang tahun kota Malang!