Pembangkit listrik tenaga surya berkapasitas 15,36 On-Grid diresmikan di SMAN 8 Kota Malang.
Merdeka.com, Malang - Pembangkit listrik tenaga surya berkapasitas 15,36 On-Grid diresmikan di SMAN 8 Kota Malang. Pembangkit listrik tersebut merupakan laboratorium pembelajaran tenaga surya. Pembangunannya menggunakan dana CRS (Corporate Social Responsibility) dari PT Paiton Energy.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy yang hadir dalam acara itu, mengatakan saat ini energi terbarukan termasuk tenaga surya sedang giat dikembangkan pemerintah. Hadirnya pembangkit listrik sekaligus laboratorium tenaga surya ini diharapkan semakin mendorong tradisi riset pelajar dalam bidang energi terbarukan.
"Memang energi terbarukan ini masih belum tergarap secara maksimal, sehingga dengan adanya laboratorium energi surya ini harapannya bisa menciptakan periset-periset handal di bidang energi terbarukan," ungkap Muhadjir di SMA 8 Kota Malang, Selasa (30/1).
Menteri Muhadjir mengatakan, energi mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia. Selama ini, penyangga utama kebutuhan energi di Indonesia masih mengandalkan minyak bumi.
Sementara tidak dapat dihindarkan minyak bumi semakin lama akan semakin langka dan mahal. Keberadaan sumber energi fosil tersebut di dunia semakin menipis.
Oleh sebab itu, mulai terjadi pergeseran dari penggunaan sumber energi tidak terbarukan menuju sumber energi terbarukan. Dari sekian banyak sumber energi terbarukan, penggunaan energi melalui solar cell/cel surya merupakan alternatif yang paling potensial untuk diterapkan di Indonesia.
Menteri Muhadjir juga menegaskan, sekolah tidak boleh lagi eksklusif tetapi harus menjadi bagian dari lingkungannya. Sehingga guru tidak hanya mengajar, tetapi juga menjadi fasilitator minat bakat siswanya dengan jaringan dan masyarakat sekitarnya.
"Masih ada 90 ribu sekolah yang belum memiliki jaringan listrik dan internet. Sehingga pekerjaan rumah kita masih sangat banyak, kalau di Jawa Timur memang sudah merata. Ini problem negara kita sangat luar biasa di mana masih timpang atau disparitasnya sangat tinggi, sehingga perlu benar-benar serius menyelesaikan masalah ini," urainya.
Pendidikan sendiri, kata Muhadjir, menjadi tanggung jawab seluruh elemen di masyarakat. Karena itu, pihaknya mendukung langkah PT Paiton Energy yang memberikan dana CSR-nya untuk kepentingan pengembangan tenaga terbarukan.
"Saya percaya bila konsolidasi energi kebersamaan terus mampu kita galang, maka berbagai gerak program pembangunan utamanya di bidang pendidikan akan dapat terwujud sebagaimana yang kita harapkan bersama" ujarnya.
Kepala Sekolah SMA 8, Muhammad Sulthon, menyatakan pembangkit listrik tenaga surya dan laboratorium pembelajaran energi surya di sekolahnya merupakan yang pertama di Indonesia. Laboratorium sekaligus sebagai upaya untuk mencintai lingkungannya.
"Lab ini sebagai upaya sekolah untuk lebih mencintai lingkungan. Para siswa mulai diajarkan tentang energi surya yang merupakan energi terbarukan," ujarnya.
Sementara, Muhammad Anton, Walikota Malang berharap para siswa semakin kreatif dan terus berkarya dengan fasilitas laboratorium tersebut. Lewat laboratorium tersebut akan meningkatkan kemampuan yang berdaya saing.
"Apalagi nantinya tidak hanya bersaing dengan produk asing tetapi juga dengan Sumber Daya Manusia (SDM) dari negara lain. Mari kita mulai berpikir ciptakan pekerjaan dan bukan hanya mencari pekerjaan saja," ujarnya.
Pendidikan, katanya, memang bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata. Namun perlu keterlibatan semua elemen, termasuk dari kalangan swasta ataupun BUMN sebagai wujud CSR.