Mahasiswa UB temukan alat pengusir limbah amino dalam kandang ayam.
Merdeka.com, Malang - Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) temukan sebuah solusi jitu untuk mengatasi persoalan limbah peternakan ayam. Seperti yang diketahui Tingkat konsumsi masyarakat pada ayam setiap tahunnya terus meningkat, baik dalam bentuk daging maupun telur. Tak heran jika beternak ayam menjadi salah satu usaha yang cukup menjanjikan.
Sayangnya, bisnis peternakan ayam dapat menghasilkan limbah amonia dari proses metabolisme ayam. Jika limbah tersebut tak ditangani dengan baik, tentunya dapat mencemari lingkungan yang berdampak pada ayam dan tentunya kesehatan masyarakat.
Pasalnya, amonia yang dibiarkan dalam kandang dengan konsentrasi terlalu tinggi dapat memengaruhi produktivitas. Amonia sendiri merupakan senyawa kimia berupa gas dengan bau tajam yang khas.
Kondisi tersebutlah yang menjadi sumber ide bagi tim penelitian Universitas Brawijaya untuk mengembangkan sebuah alat yang menjadi solusi untuk permasalahan tersebut.
Tim penelitian tersebut terdiri dari gabungan mahasiswa dari beberapa jurusan. Sebut saja Khairul Anwar (Teknik Komputer), Miftahul Rizki Purwonegoro (Informatika 2014), Dian Agustiar (Kedokteran Hewan 2013), Dicky Yoga Prasetia (Kedokteran Hewan 2013) dan Hana Razanah (Kedokteran Hewan 2013). Tim penelitian ini berada di bawah bimbingan drh. Dahliatul Qosimah, M. Kes.
Tim penelitian ini merancang sebuah alat penyedot amonia dalam kandang ayam, yang dinamai dengan Saliva (Stop Amonia dan Limbah feses). Alat ini berfungsi sebagai tindakan biosecurity terhadap penyakit dalam kandang ayam. Salifa dibuat dengan memanfaatkan beberapa komponen.
Terdiri dari sensor, kipas exhaust, mikrokontroler, serta zeolit aktif untuk menyerap amonia. Alat dan bahan dirangkai sedemikian rupa dalam kandang sehingga pertukaran udara dalam kandang dapat maksimal dan dapat mencegah pencemaran udara.
"Sensor yang dipasang pada Salifa secara otomatis akan mendeteksi keberadaan amonia," ungkap Khairul, seperti yang dilansir melalui merdeka.com.
Dari data yang terdeteksi sensor dan dikirim ke mikrokontroler akan diketahui kadar amonia dalam kandang. Jika kadar amonia menunjukkan angka lebih dari 2 ppm menurut standar SNI, maka kipas exhaust akan hidup secara otomatis dan udara dalam kandang akan tersedot keluar. Sementara di belakang kipas sudah terdapat kerikil zeolit aktif yang berfungsi menyerap amonia. Udara yang keluar sudah tidak berbau lagi.
"Jadi udara yang keluar dari dalam kandang sudah tidak bau dan tidak menyebabkan pencemaran udara," jelas Khairul.
Jika amonia kemudian sudah terdeteksi dalam keadaan aman atau di bawah 2 ppm, maka kipas exhaust pun akan mati secara otomatis. Dengan begitu, kadar amonia dalam kandang dapat dikurangi, sehingga ternak ayam menjadi lebih sehat, nafsu makan ayam akan meningkat serta tidak menyebabkan pencemaran lingkungan.