1. MALANG
  2. GAYA HIDUP

Mentan di Depan Mahasiswa: Jangan kalah dengan Steve Jobs atau Mark Zuckerberg

"Jangan kalah dengan Steve Jobs, bos Apple, atau Mark Zuckerberg yang cuma mahasiswa drop out, tapi bisa jadi konglomerat," tegas Amran.

©2018 Merdeka.com Editor : Rizky Wahyu Permana | Contributor : Darmadi Sasongko | Senin, 26 November 2018 12:47

Merdeka.com, Malang - Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengatakan empat tahun kepemimpinan Joko Widodo- Jusuf Kalla telah melakukan terobosan dalam mewujudkan pembangunan sektor pertanian yang berdaya saing. Sektor pertanian telah berkontribusi signifikan dalam menurunkan tingkat inflasi.

Terkendalinya harga pangan menyebabkan inflasi bahan makanan tahun 2017 sebesar 1,26%, jauh lebih rendah dibandingkan inflasi bahan makanan 2013 sebesar 11,35%. Sekaligus tahun 2017 inflasi bahan makanan juga di bawah inflasi umum yang masih sebesar 3,61%.

"Inflasi bahan makan terjadi karena stabilnya harga pangan yang dapat dinikmati konsumen akibat pasokan produksi dalam negeri sangat memadai. Terutama pangan beras yang kontribusinya cukup besar terhadap inflasi bahan makanan," ujar Amran dalam kuliah umum di Kampus Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Malang, Kamis (22/11).

Kata Amran, keyakinan terhadap kemampuan sektor pertanian dalam perekonomian negara, tertuang dalam Nawacita yang menjadi landasan pemerintah JokowiJK. Kebijakan pangan pemerintah bermuara pada tujuan utama yaitu peningkatan kesejahteraan petani maupun masyarakat umum.

Mimpi mewujudkan kedaulatan pangan dan kesejahteraan masyarakat tersebut direpresentasikan oleh Kementerian Pertanian dalam berbagai program pembangunan pertanian. Salah satu target besar yang ingin dicapai adalah mewujudkan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia 2045 melalui penetapan peta jalan program prioritas target swasembada 11 komoditas pangan strategis seperti padi, jagung, kedelai, bawang merah, bawang putih, cabai, gula, dan daging sapi.

Berbagai capaian sektor pertanian di empat tahun pemerintah JokowiJK tidak terlepas dari kerja keras dan dukungan semua pihak termasuk di dalamnya petani, peternak dan stakeholder lainnya.

"Sinergi ini harus terus terjalin sehingga Indonesia bisa mencapai visinya sebagai lumbung pangan dunia," tegasnya.

Mahasiswa sebagai generasi muda, kata Amran, harus mempunyai semangat maju dan menghasilkan perubahan. Amran pamer perubahan yang sudah dihasilkan selama beberapa tahun terakhir.

Perubahan itu diawali revolusi internal. Ada 241 regulasi yang dihapus karena tidak lagi sesuai dengan percepatan pembangunan pertanian. Sedangkan dari sisi anggaran, ada Rp 800 miliar anggaran perjalanan dinas dan seremonial yang direalokasikan untuk kepentingan petani.

"Kami fokuskan itu untuk membeli bibit, obat-obatan dan mesin untuk petani," tambahnya.

Hasilnya pun sangat signifikan. Dari sebelumnya negara pengimpor pangan, saat ini Indonesia sudah menjadi negara pengekspor pangan. Ada peningkatan ekspor sebesar 24 persen dengan nilai mencapai Rp 441 triliun. Selain itu, pemanfaatan teknologi berdampak besar bagi peningkatan produksi pertanian.

"Dengan menggunakan alat dan mesin pertanian, kita bisa menghemat Rp 361 triliun. Coba bayangkan, jika menanam padi secara manual, untuk satu hektar saja kita butuh 25 hari. Tapi dengan alsintan, cukup tiga jam saja," ungkapnya.

Kata Amran, penggunaan alsintan juga bisa menekan angka kehilangan (loses) hasil panen yang sebelumnya bisa mencapai 10 persen. Karena itu, Kementerian Pertanian menggenjot pemanfaatan alsintan hingga mengalami kenaikan mencapai 2000 persen. Bahkan saat ini sudah mengembangkan traktor yang bisa dioperasikan secara otomatis.

"Petani bisa melakukan tanam dan panen dari rumah, semuanya sudah diprogram, tanpa harus dikemudikan sendiri. Jadi sambil bercengkerama di rumah, tanam dan panen tetap bisa jalan," ucapnya.

Amran juga mengungkapkan salah satu terobosan yang dilakukan di era Pemerintahan Jokowi-JK adalah Asuransi Pertanian. Asuransi ini untuk melindungi petani dari risiko kerugian akibat kegagalan panen karena bencana alam dan serangan hama. Tidak hanya itu, program asuransi juga sudah diperluas ke sektor peternakan, dengan adanya asuransi bagi ternak sapi.

Di sisi lain, Amran juga mengungkapkan sebagai negara agraris, Indonesia punya potensi yang sangat besar, sehingga berani menargetkan untuk menjadi lumbung pangan dunia pada tahun 2045. Ada dua raksasa besar yang sedang dibangkitkan, yakni pemanfaatan lahan rawa dan optimalisasi lahan tadah hujan.

"Ada 10 juta ha lahan rawa yang kita manfaatkan. Caranya, dengan meningkatkan indeks per tanaman. Jika sebelumnya hanya satu kali tanam dalam setahun, dengan segala teknologi yang ada, bisa kita tanam tiga kali dalam setahun," papar Amran.

Raksasa yang kedua adalah lahan tadah hujan yang hanya bisa dimanfaatkan ketika musim hujan saja. Namun dengan membangun embung, lahan tadah hujan tersebut juga bisa ditingkatkan indeks per tanamannya.

Oleh karena itu, Amran menekankan agar mahasiswa juga mampu menjadi agen perubahan. Mampu mengubah keadaan yang ada dengan aneka terobosan dan ide-ide kreatif seperti yang telah dilakukan Kementerian Pertanian.

"Jangan kalah dengan Steve Jobs, bos Apple, atau Mark Zuckerberg yang cuma mahasiswa drop out, tapi bisa jadi konglomerat. Kalian harus punya semangat untuk lebih dari mereka," ucap Amran.

PILIHAN EDITOR

(RWP) Laporan: Darmadi Sasongko
  1. Kampus
  2. Peristiwa
  3. pertanian
  4. Kota Malang
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA