1. MALANG
  2. KABAR MALANG

Din Syamsudin: Jangan dipersoalkan kapan Pancasila lahir dan oleh siapa

Din Syamsudin menyatakan, tidak perlu lagi mempersoalkan lahirnya Pancasila dan siapa pencetusnya.

©2018 Merdeka.com Editor : Rizky Wahyu Permana | Contributor : Darmadi Sasongko | Sabtu, 02 Juni 2018 20:23

Merdeka.com, Malang - Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja sama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP), Din Syamsudin menyatakan, tidak perlu lagi mempersoalkan lahirnya Pancasila dan siapa pencetusnya. Tetapi yang paling penting adalah isi dan pengamalan, baik oleh rakyat Indonesia maupun secara kenegaraan.

"Jangan dipersoalkan kapan Pancasila lahir dan oleh siapa, karena kita baca di notulensi sekitar BUPKI dan sebelum kemerdekaan, banyak tokoh yang menyuarakan serupa dan juga kapannya (jangan dipersoalkan). Tetapi yang paling penting adalah isinya," kata Din Syamsudin usai memberikan ceramah di Masjid Raden Patah Universitas Brawijaya (UB) Malang, Kamis (31/5) malam.

Din juga menegaskan, dari perspektif agama sebagaimana hasil Musyawarah Besar Pemuka Agama Kerukunan Bangsa termasuk Konsultasi Tingkat Tinggi Ulama Tentang Wasattiyah Islam, Pancasila sangat Islami mengandung nilai-nilai Islam.

"Dia bukan agama tetapi ideologi manusia yang merefleksikan nilai-nilai agama. Maka nggak usah ragu-ragu lagi. Mari kita amalkan, sambil kita desakkan pada penyelenggara negara untuk mengamalkan Pancasila secara konsekuwen," katanya.

Jangan sampai, kata Din, sistem politik Indonesia nantinya bertentangan dengan sila ke-4 Pancasila, atau sistem ekonomi Indonesia bertentangan dengan sila ke-5. "Kalau demikian adanya, kita meruntuhkan Pancasila dengan sendirinya," tegasnya.

Tepat saat Pancasila diperingati 1 Juni, Din berpesan agar jangan juga terjebak pada peringatan seremonial dan klaim sebagai yang paling Pancasilais. Apalagi menganggap yang lain tidak Pancasilais.

"Tetapi diamalkan secara nyata secara konsekuen, sampai memasuki kehidupan kenegaraan, struktur kenegaraan, undang-undang dan lain-sebagainya. Terutama bagi bangsa yang yang majemuk, mengamalkannya sebagai titik temu pandangan bagi semua kalangan yang berbeda, agama, suku bangsa," jelasnya.

PILIHAN EDITOR

(RWP) Laporan: Darmadi Sasongko
  1. Keagamaan
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA