1. MALANG
  2. KABAR MALANG

Calon Pilwali Malang nilai kampanye negatif di medsos masih tahap wajar

Ketiga pasangan calon wali kota Malang menilai bahwa kampanye negatif di medsos masih dalam tahap wajar.

©2018 Merdeka.com Editor : Rizky Wahyu Permana | Contributor : Darmadi Sasongko | Selasa, 13 Maret 2018 11:07
 
Kampanye bernada negatif muncul melalui media sosial dalam Pilwali Kota Malang. Akun pendukung salah satu calon memposting status bernada negatif atau menyerang calon lain atau sebaliknya. 

Status yang demikian muncul di media sosial, hingga kemudian mengundang komentar saling menanggapi, bahkan keluar kata-kata kasar atau kurang sopan.

Namun ketiga pasangan calon yang sedang bersaing, menilai masih dalam tahap wajar. Sejak awal, ketiga pasangan pun sepakat untuk melawan segala bentuk berita hoax dan ujaran kebencian.

Calon Walikota nomor urut 1, Yaqud Ananda Qudban mengatakan, belum pernah menjadi sasaran berita hoax seperti yang dikhawatirkan. Selama ini yang dialaminya masih dalam tahap wajar, yakni kampanye negatif dan bukan kampanye hitam (black campaign). 

"Jadi kami tidak terlalu terganggu, yang kami lihat, kalau sifatnya hoax pun masih tahap negatif, belum black,"  kata Yaqud Ananda Qudban di Kantor Pemenangannya Jalan Simpang Cokelat Kota Malang, Senin (12/3).

Nanda yang berpasangan dengan Ahmad Wanedi menegaskan tidak akan membekali tim suksesnya dengan sesuatu yang bersifat hoax, apalagi dengan ujaran kebencian. Pasangan dengan jargon 'Menawan' (Menangkan Nanda - Wanedi) itu akan bertarung merebut simpati masyarakat lewat program-program.

"Saya tidak terlalu mengikuti hoax, karena saya sudah membangun mindset di tim kami, 'Abaikan hoax, konsentrasi untuk bagaimana merebut simpati masyarakat berdasarkan program-program kerja kita'," urainya didampingi pasangannya, politikus senior PDIP, Ahmad Wanedi.

Sementara Sutiaji melalui tim kampanyenya, Zaini Nashiruddin mengatakan, baik tim pemenangan, relawan, pendukung dan simpatisan SAE (Sutiaji-Sofyan Edi Jarwoko) tidak akan membuat dan menyebarkan kampanye negatif apalagi berita hoax.  Banyak cara positif yang bisa dilakukan untuk merebut hati rakyat dibanding menyebarkan berita hoax dan fitnah.

"Tetapi apabila pasangan SAE mengalami black campaign atau bahkan Hoax, kalau kadarnya tidak banyak merugikan akan kita biarkan saja. Toh masyarakat sudah cerdas dan mampu menilai tentang kebenaran suatu berita," jelas Zaini. 

Apabila kampanye hitam atau hoax merugikan pasangan SAE, pihaknya akan menyelesaikan dengan cara dan norma hukum yang berlaku.  "Prinsipnya, selama kita tidak memulai lebuh dulu insya Allah tidak akan mendapat black campaign atau hoax," tegas tim sukses pemilik nomor urut 3 itu.

Sementara Arif Wahyudi, tim sukses pasangan Moch Anton-Syamsul Mahmud mengaku paling kerap menjadi sasaran kampanye negatif. Sebagai petahana, calon nomor urut 2 menjadi sasaran pasangan lain, kendati selama ini masih bisa ditoleransi. 
"Kalau kampanye negatif sudah sejak awal, baik di facebook maupun di media sosial lainnya. Tapi model kampanye seperti itu saya masih menganggap dalam batas yang masih bisa kami toleransi," jelasnya

Kata Arif, kampanye negatif yang dialami pasangannya salah satunya dalam bentuk status facebook yang menjelek-jelekkan pasangan Asyik (Anton-Syamsul Idola Kita). Bahkan ada yang terus terang mengajak melawan petahana oleh orang yang jelas mendukung paslon lain.

"Memang saya melihat model kampanye paslon lain mampunya mempolitisasi beberapa keadaan yang menurut kami itu merupakan bentuk kampanye negatif," terangnya. 

Namun demikian, kata Arif, timnya tidak akan melakukan tindakan khusus, kendati tetap akan melakukan antisipasi. Pihaknya akan menyampaikan hal tersebut seobyektif mungkin, kepada masyarakat sebagai bentuk pendidikan politik.
 
(RWP) Laporan: Darmadi Sasongko
  1. Media Sosial
  2. Kota Malang
  3. Pilwali 2018
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA