Puas makan bakso, selanjutnya adalah hidangan lain yang menjadi ciri khas kota Malang yaitu cwie mie. Pilihan depot cwie mie kali ini jatuh ke Mie Gajah Mada yang terletak di daerah Pecinan. Jadi kita akan berjalan ke selatan menyusuri wilayah Kudusan baru kemudian berbelok ke Barat dan kembali menyusuri pecinan untuk menyantap mie.
Mie Gajah Mada sendiri menyajikan cwie mie khas Malang walau pada beberapa menu terdapat bermacam-macam pilihan topping. Rasa yang disajikan tentu saja luar biasa dan mampu membuat warung ini mampu bertahan dan tetap ramai selama puluhan tahun. Lidah akan terus mengingat rasa cwie mie khas Malang yang disajikan di rumah makan ini.
Setelah berkeliling selama seharian, akhirnya hari sudah senja setelah kita menghabiskan waktu mengunjungi tujuh tempat makan. Namun jangan khawatir, perjalanan belum berakhir. Selanjutnya, kembali kita susuri pertokoan Gajahmada dari arah pecinan untuk membeli oleh-oleh di bagian depan pertokoan ini.
Oleh-oleh khas dari pertokoan Gajahmada ini tentu saja tidak lain dan tidak bukan adalah Terang Bulan Madonna. Walau di Malang terdapat banyak merek dan penjual terang bulan lain, namun Madonna merupakan yang paling terkenal dan masih digemari hingga kini. Rasa dari adonan yang begitu manis dan tebal serta topping yang begitu melimpah membuat Madonna masih favorit hingga kini.
Malam telah tiba, namun kini kita tidak berjalan dengan tangan kosong karena sudah ada sekotak Terang Bulan yang siap dibawa pulang. Namun perut ternyata menjadi dingin terkena sapuan angin malam sehingga kini waktunya untuk Ronde Titoni di jalan KH Zainul Arifin.
Titoni memiliki sejarah yang sangat panjang karena sudah ada sejak tahun 1948. Rasa ronde dan angsle di warung ini betul-betul lezat dan sangat otentik. Untuk malam ini, lebih baik kita menikmati angsle yang manis dulu karena masih harus ada sedikit ruang di perut untuk kuah jahe di destinasi terakhir nanti.
Rasa manis dari angsle dengan berbagai isiannya dapat mengusir rasa dingin di perut dan membuat kita bertenaga lagi untuk kembali menyusuri jalan ke tempat selanjutnya. Tujuan selanjutnya adalah makan malam di warung yang terletak tak jauh dari Ronde Titoni tepatnya di jalan Aries Munandar ke arah timur.
Tujuan selanjutnya adalah Nasi Mawut Pak Iwan yang sangat sedap dan terkenal. Nasi mawut di warung ini memiliki rasa yang sangat sedap dan gurih ditambah dengan mie kering yang membuat setiap suapan nasi dapat terasa renyah walau tanpa krupuk. Porsi yang disajikan juga cukup besar dan cukup untuk 2-3 orang makan bersama sehingga pilihannya adalah makan bersama atau membungkus.
Setelah dari Nasi Mawut Pak Iwan, akhirnya kita akan menuju ke tujuan terakhir kita yang masih sama-sama di jalan Aris Munandar. Sedikit jalan ke arah barat untuk membuat nasi mawut tadi turun dari tenggorokan, kini kita akan menuju Tahwa Mas Agus di jalan yang sama.
Kuah jahe dan kembang tahu yang begitu lembut akan menyapa tenggorokan yang seharian sudah dilintasi beragam makanan dan minuman lezat di kota Malang. Ketika hangat dan lezatnya tahwa turun ke perut maka ini saatnya mengelus-elus perut setelah melalui perjalanan yang menyenangkan dan bersiap pulang dengan sekotak terang bulan Madonna yang masih akan disantap di rumah.