1. MALANG
  2. KABAR MALANG

Sutiaji ajak melihat gerhana bulan total dengan cara pandang agama

Sutiaji mengingatkan, fenomena yang menjadi pembicaraan antusias masyarakat itu harus diletakkan dengan cara pandang keagamaan.

©2018 Merdeka.com Editor : Rizky Wahyu Permana | Contributor : Darmadi Sasongko | Minggu, 29 Juli 2018 10:11
Gerhana bulan total (GBT) dini hari tadi merupakan peristiwa langka, karena terhitung sebagai gerhana bulan total terlama pada abad ke-21. Gerhana bulan total berlangsung lebih dari 3 jam atau tepatnya 103 menit.
 
Wali Kota Malang (Plt) Sutiaji mengingatkan, fenomena yang menjadi pembicaraan antusias masyarakat itu harus diletakkan dengan cara pandang keagamaan. Karena kecenderungan, masyarakat memandang fenomena tersebut hanya sebatas hiburan.
 
"Boleh-boleh saja ada unsur hiburan di sana,  namun harus dikembalikan pada ruh religi. Bahwa setiap tanda-tanda alam, termasuk gerhana,  pasti ada pesan di dalamnya yang diberikan Allah kepada ummat manusia," kata Sutiaji dalam pesannya sebagai imam dan khatib salat gerhana bulan total di Masjid Nuruttaqwa, Jalan Bunga Dewandaru Kelurahan Jatimulyo, Kota Malang, Sabtu (28/7).
 
"Bagi kita khususnya masyarakat muslim Kota Malang,dan umumnya warga kota yang saya percaya merupakan masyarakat religi, maka fenomena gerhana harus kita imbangi dengan ritual ibadah, yang hari ini terepresentasikan melalui salat gerhana dua rakaat dengan masing masing dua kali ruku' pada setiap rakaatnya," sambungnya menjelaskan. 
 
Kata Sutiaji, gerhana baik bulan maupun matahari secara hakikat memberi peringatan bahwa ada pola alam yang tidak bergerak semestinya yang terjadi karena imbas perilaku manusia di bumi. Akibat banyaknya kenistaan dan perbuatan yang melanggar norma agama menjadikan alam bersikap.  
 
"Coba kita pikirkan dan bayangkan bersama,  bila gerhana terjadi lebih lama dan tak berhenti,  maka yang terjadi adalah kepunahan bumi. Maka sesungguhnya ini benar-benar menjadi petunjuk bagi manusia untuk instrospeksi dan makin bertakwa kepada Tuhan," katanya. 
 
Salat gerhana bulan total yang dilanjutkan salat subuh berjamaah,  Sutiaji juga menyampaikan untuk mempertimbangkan terbitnya aturan pembatasan penggunaan HP bagi anak- anak. Peraturan atau himbauan itu nanti bagian utuh dari gerakan yang selama ini sudah berjalan yakni salat berjamaah tepat waktu. 
 
"Kita akan terus perkuat melalui gerakan-gerakan moral berikutnya, termasuk menyikapi mirisnya dampak sosial media dari penggunaan teknologi HP dan sejenisnya. Kini mewabah dengan kehadiran sosmed, orang makin senang bergunjing dan menggunjing, hate spech serta perilaku individu lebih menguat daripada sikap sikap sosial," katanya. 
Harus dimunculkan kesadaran bersama menyikapinya, jika tidak ingin kehilangan generasi masa depan yang berkualitas. 
 
Sutiaji mengajak semuanya untuk dapat memposisikan kembali keberadaan Allah dan makhluknya secara benar dan tepat serta menjadikan sebagai tumpuan untuk berinstrospeksi diri. Sadar bahwa kuasa dan kehendak hanya milik Allah dan manusia hanya meminta ridho-Nya.
 
Perilaku agama lebih banyak dipengaruhi pengalaman keagamaan daripada pengetahuan keagamaan. Di dalamnya tersirat bahwa hidup harus ditempa dengan ujian-ujian dan bukan sekadar logika pengetahuan yang tidak jarang menuhankan pikirannya sendiri dan selalu menganggap yang lain atau bukan kelompoknya salah. 
 
"Jangan ambil Hak Allah,  karena itu pintu kesombongan serta bibit perilaku semena mena," tutup Sutiaji.
 
(RWP) Laporan: Darmadi Sasongko
  1. Keagamaan
  2. Sutiaji
  3. Pemkot Malang
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA