Punya bekas luka cakar dan gigitan, penyebab kematian puluhan kambing di Malang hingga kini masih belum bisa dipastikan.
Merdeka.com, Malang - Penyebab kematian puluhan ekor kambing di kabupaten dan kota Malang, hingga saat ini belum bisa dipastikan. Hanya saja, hewan pemangsa meninggalkan bekas berupa cakaran dan gigitan di tubuh kambing yang menjadi korban.
Pemilik kambing, Sunari (54) tidak melihat adanya kerusakan kandang tempat sehari-hari merawat ternaknya. Pria yang sehari-hari sebagai satpam perumahan itu, juga tidak mengetahui apapun kecuali tiga kambingnya yang tewas bergelimpangan.
"Kandangnya tidak mengalami kerusakan, masih seperti semula. Bangkainya tadi juga masih di atas bersama kambing yang lain," kata Sunari di rumahnya di Jalan Akordion Utara kelurahan Tunggul Wulung, kecamatan Lowokwaru, kota Malang, Jumat (15/9).
Tiga kambing Sunari ditemukan bergelimpangan di kandangnya, sementara dua lainnya mengalami luka gigitan di leher dan paha. Kejadian tersebut menambah jumlah kambing-kambing yang mati sebelumnya.
Selama tiga hari terakhir, kambing yang menjadi korban sebanyak 32 ekor, 23 di antaranya tewas. Hari pertama, Rabu (14) sebanyak 17 ekor kambing jenis gibas ditemukan mati, sementara tiga ekor lainnya luka-luka. Keesokan hari kembali terjadi, sebanyak 3 ekor kambing mati dan lima luka-luka.
Sementara di malam ketiga, tiga ekor kambing milik Sunari mati dan dua lainnya luka. Lokasi sendiri berjarak tidak jauh dari kejadian sebelumnya, yakni sekitar tiga kilometer.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Disperta KP) Kota Malang, drh Anton Pramujiono mengatakan, kambing tersebut diduga diserang hewan liar. Namun belum diketahui jenis hewan yang dimaksud.
"Diduga gigitan hewan liar, yang belum tahu hewannya seperti apa. Dari tiga ekor yang kita periksa, memang ditemukan bekas gigitan di leher maupun di daerah paha," kata Anton.
Anton mengaku belum mengetahui jenis hewan yang menyerang ternak tersebut, tetapi memang gigitan di leher dilakukan untuk mematikan mangsa.
"Hewan yang menggigit jenis hewan liar yang benar-benar sudah biasa mematikan mangsanya," tegasnya.
Kendati sudah melihat luka-luka di ternak, baik yang mati maupun sekarat, Anton mengaku tidak bisa menduga duga hewan pemangsanya.
"Tetapi sekarang ini kondisi kemarau, banyak hewan-hewan liar yang turun dari hutan. Tidak punya makanan sehingga memasuki perkampungan atau peternakan," katanya.
Anton juga menegaskan adanya kemiripan dengan kejadian-kejadian sebelumnya. Pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Dinas Peternakan Propinsi.
"Kita duga hampir sama. Pencegahannya kita lakukan sosialisasi agar waspada untuk menyelamatkan hewan ternak. Kami belum bisa menduga, tetapi memang menggigit untuk mematikan. Penyebab kematiannya memang seperti itu," urainya.