Banyak orang yang sudah lupa bahwa ternyata kota Malang memiliki sebuah patung yang menghadirkan sosok penyair Chairil Anwar.
Merdeka.com, Malang - Chairil Anwar barangkali merupakan penyair Indonesia yang paling terkenal bahkan bagi orang awam sekalipun. Melalui karya-karyanya terutama puisi "Aku", Chairil Anwar telah menjadi sosok yang paling mewakili puisi dan sastra Indonesia modern. Semangatnya bahkan menyertai perjuangan kemerdekaan Indonesia dan memberi dorongan bagi banyak pejuang.
Chairil Anwar merupakan penyair yang lahir di Medan dan sebagian besar karyanya diciptakan di Jakarta. Namun untuk merasakan kehadiran dari Chairil Anwar, rupanya di Malang pun dapat dilakukan tepatnya di wilayah depan pertokoan Kayutangan atau di depan Gereja Katolik Hati Kudus Yesus.
Pada sebuah taman yang terletak di tengah jalan tersebut terdapat patung torso yang menampilkan sosok dari Chairil Anwar ini. Uniknya tak banyak patung yang menampilkan sosok sastrawan atau seniman seperti ini. Hanya ada empat patung Chairil Anwar di Indonesia yaitu satu di Malang, dua di Jakarta, dan satu lagi berada di Padang Panjang.
Namun tentu saja patung yang ada di Malang ini terhitung cukup unik selain karena patung ini berdiri sendiri di pusat kota, kehadiran Chairil Anwar di kota ini juga hanya hitungan hari saja namun dapat meningglkan kesan yang besar. Chairil mengikuti pamannya, Sutan Syahrir datang ke kota Malang pada tahun 1947 untuk mengikuti Sidang Pleno Kelima Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang selanjutnya akan berubah menjadi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Sidang KNIP ini sendiri dilaksanakan pada 25 Februari hingga 6 Maret 1947 di bekas gedung Societiet Concordia yang kini menjadi pertokoan Sarinah. Pada kedatangannya ke Malang tersebut, Chairil Anwar memberikan semangat tersendiri bagi para sastrawan dan budayawan dari Malang terutama mereka yang hidup pada masa itu seperti Hudan Dardiri dan Emil Sanossa. Bahkan Achmad Hudan Dardiri ini kemudian hari akan menjadi ketua panitia pembangunan Monumen Chairil Anwar yang berada di Kayutangan tersebut.
Sayangnya penyair yang mempopulerkan istilah Bung ini tidak memiliki usia yang panjang. Pada 28 April 1949, setelah sempat sakit selama beberapa waktu, Chairil Anwar mengembuskan napas terakhir dan meninggalkan sejumlah karyanya yang menjadi abadi.
Ingatan mengenai Chairil Anwar serta dorongan semangatnya terhadap masyarakat Malang membuat akhirnya digagas ide untuk membuat patungnya di kota Malang. Patung Chairil Anwar sendiri dibuat oleh seorang perupa bernama Widagdo, pada bagian bawah torso terdapat pedestal atau tiang tumpuan yang bertuliskan sajak Chairil Anwar yang paling terkenal yaitu "Aku".
Patung ini sendiri diresmikan oleh walikota Malang, M. Sardjono Wirjohardjono, pada 28 April 1955 bertepatan dengan peringatan hari meninggalnya Chairil Anwar. Patung ini sengaja diletakkan di tengah keramaian wilayah Kayutangan serta dekat dengan bekas Societiet Concordia agar orang dapat lebih mudah mengenang sang penyair ini.
Namun sayangnya, seiring perkembangan waktu serta tak adanya petunjuk yang cukup jelas, banyak orang tak memahami bahwa Malang memiliki kenangan tersendiri bagi penyair Indonesia terbesar ini. Saat ini lebih banyak orang mengingatnya sebagai sebuah putaran jalan di wilayah Kayutangan saja dan melupakan nilai historis dari sosok dan tempat tersebut dalam perkembangan kota Malang.