1. MALANG
  2. GAYA HIDUP

Bioskop Kelud, primadona kota Malang yang kini terabaikan

Bioskop Kelud sempat menjadi primadona masyarakat Malang di masa lalu, namun kini semua cerita hingar bingar tempat ini hanya tinggal kenangan.

©2016 Merdeka.com Reporter : Rizky Wahyu Permana | Selasa, 20 September 2016 00:02

Merdeka.com, Malang - Menonton film merupakan salah satu hiburan yang paling dicari oleh masyarakat mulai masa lalu hingga kini. namun tentu saja di masa lalu menonton film tidak semudah saat ini yang dapat dilakukan melalui televisi atau dengan cara streaming. Pada masa lalu, bioskop merupakan satu-satunya tempat menonton film sekaligus tempat anak muda untuk bergaul dan bertemu teman-teman mereka.

Masa-masa kejayaan bioskop di Malang ini adalah pada era 70-80an. Pada saat itu banyak bioskop baru yang hadir di Malang, dan masih ditambah pula dengan bioskop-bioskop lama yang sudah ada dan masih aktif hingga saat itu. Salah satu bioskop yang menjadi primadona bagi masyarakat adalah bioskop Kelud yang berada di pusat kota.

Seperti namanya, bioskop yang satu ini memiliki alamat di jalan Kelud, kecamatan Klojen, kota Malang. Uniknya, bentuk bioskop ini tidak sama dengan yang lainnya karena memang dibuat menggunakan sistem bioskop drive-in yang memungkinkan pengunjung masuk sekaligus dengan kendaraan mereka. Sistem ini juga lah yang membuat atap bioskop ini menjadi terbuka dan lekat dengan sebutan bioskop 'misbar' yang merupakan singkatan dari gerimis bubar atau gerimis buyar. Bioskop ini juga familiar dengan sebutan Dulek yang merupakan boso walikan dari kata Kelud.

Pada masa 70-80an, bioskop ini paling banyak didatangi karena harga karcisnya yang relatif lebih murah. Pada masa itu, bioskop biasa dibagi menjadi beberapa kelas, bioskop Kelud ini merupakan tempat yang ditujukan untuk kelas menengah ke bawah sehingga harganya lebih murah dan lebih banyak yang datang untuk menonton.

Dilansir dari Merdeka.com, bioskop Kelud sendiri didirikan oleh dua anggota Brimob, Noersalam dan Marsam yang membuka usaha pemutaran bioskop keliling atau layar tancap di sekitar Malang. Hasil usaha mereka itu kemudian digunakan untuk membeli lahan bekas gedung bulu tangkis yang kemudian dibangun kembali menjadi bioskop Kelud ini.

Hal yang paling khas dari bioskop ini adalah suasananya yang ramai dan seperti pasar malam. Para penonton bisa sambil membeli berbagai jajanan dari pedagang yang berkeliling. Harga yang murah dari bioskop ini serta situasinya yang sangat santai membuat banyak orang dari berbagai kalangan senang memadati gedung bioskop ini.

Karena ramainya penonton dan model bioskop yang cukup bebas, maka tak jarang ketika film main akan tampak penonton yang mulai membawa mobil, duduk di kursi, hingga tampak lesehan. Bahkan sering terjadi interaksi antara satu penonton dan penonton lain serta berbagai komentar, siulan atau tawa untuk merespons berbagai adegan dalam film. Kebebasan seperti itu lah yang menjadi ciri khas dari Dulek ini.

Keramaian dari Dulek akan berlipat khususnya pada malam minggu atau saat liburan. Pada saat itu, orang-orang dari wilayah luar kota akan berbondong-bondong datang memenuhi gedung ini untuk memuaskan keinginan mereka menonton film. Film yang jadi favorit adalah beberapa film Indonesia terkenal, film India, serta film barat terutama yang bercerita tentang koboy.

Karena modelnya yang di luar ruangan, bioskop ini hanya buka dan beroperasi pada malam hari. Rekor penonton terbanyak di bioskop ini adalah 7.000 penonton yang menyaksikan kala film Inem Pelayan Sexy diputar. Tentu saja sebagai bioskop dengan harga murah, biasanya film tersebut sudah diputar di bioskop-bioskop lain baru kemudian ditayangkan di Dulek.

Walau sempat menjadi primadona bagi masyarakat kota Malang, namun eksistensi bioskop Kelud kian hari kian terkikis. Bertambahnya sejumlah stasiun TV swasta serta berkembangnya bioskop di pusat perbelanjaan menyebabkan bioskop ini mulai ditinggalkan. Kini, tempat tersebut hanya menjadi sebuah gedung tua dengan halaman yang luas bagi warga untuk meletakkan mobil.

Kelud yang sempat jadi primadona pada dekade 70-an dan 80-an kini sudah tak lami ramai dengan suara riuh rendah dan tawa penontonnya. Napas dari bioskop ini kini telah berakhir bersama dengan sejumlah gedung bioskop lain di Malang.

PILIHAN EDITOR

(RWP)
  1. Sejarah Malang
  2. Ngalam lawas
  3. Pojok Ngalam
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA