1. MALANG
  2. KULINER

Hikayat Sido Mulia, kopi bubuk favorit masyarakat Malang

Kopi Sido Mulia merupakan salah satu merek favorit masyarakat Malang yang telah ada sejak dekade 50-an dan masih digandrungi hingga kini.

Sonny Tjandra di depa alat giling kopi Sido Mulia © 2016 merdeka.com/Darmadi Sasongko. ©2016 Merdeka.com Reporter : Rizky Wahyu Permana | Selasa, 26 Juli 2016 18:32

Merdeka.com, Malang - Sebagai sebuah kota yang berkembang karena berbagai tanaman termasuk kopi, malang memiliki beberapa merek kopi loka yang cukup terkenal dan sudah berusia puluhan tahun. Salah satu yang cukup terkenal dan sering merayu hidung kita ketika melewatinya adalah kopi Sido Mulia yang terletak di wilayah pasar Klojen.

Ketika melintas di depan toko Sido Mulia yang memang berada cukup dekat dengan perempatan, maka hidung akan dirayu oleh aroma kopi yang begitu lembut dan khas. Di sebuah toko dengan bangunan yang masih terlihat kuno itu lah asal dari aroma kopi yang begitu khas serta terasa masih segar itu.

Dilansir dari Merdeka.com, kopi merek Sido Mulia ini termasuk sebagai salah satu kopi yang sudah cukup tua ada di Malang. Merek ini telah ada sejak 1953 dan pertama kali kopi merek Sido Mulia didirikan oleh keturunan Thionghoa, Tjing Eang Hwie.

"Dulu toko ini namanya Toko Hwie sesuai dengan nama pemiliknya, tapi kemudian harus berganti nama, sehingga diganti Sido Mulia. Saat itu memang ada aturan seperti itu, sehingga merek kopi Sido Mulia sekaligus menjadi nama tokonya," kata Sonny Tjandra, putra pertama Tjing Eang Hwie saat ditemui di tokonya oleh Merdeka.com.

Munculnya Peraturan Presiden (PP) nomor 10 tahun 1959 yang ditandatangani oleh Menteri Perdagangan disebut Soni sebagai alasan pergantian nama tersebut. Peraturan tersebut muncul pada saat itu dan melarang keturunan Tionghoa berdagang di tingkat Kabupaten ke bawah.

Untuk mensiasati peraturan tersebut, Hwi membuat usaha penggilingan kopinya lebih menonjol, sementara usaha dagangnya dihentikan. Padahal sejak pertama kali berdiri pada tahun 1948, sebenarnya toko tersebut digunakan sebagai restoran dan toko palawija, namun karena peraturan yang uncul maka usaha dialihkan pada penggilingan kopi.

"Tjing Eang Hwie pun juga punya nama naturalisasi, Witjaksono Tjandra, seperti warga Thionghoa yang lain," katanya.

Alasan Hwie memilih bisnis kopi adalah karena masukan dari seorang nyonya Belanda. Kondisi Malang yang sejuk terutama daerah Lawang dan batu menjadikannya sangat cocok untuk minum kopi.

Hingga kini usaha penggilingan kopi ini masih bertahan dan Sido Mulia memiliki banyak penggemar terutama di kota Malang. Saat ini usaha tersebut diwarisi oleh Sonny Tjandra bersama Sonya Anggraini, istrinya.

Rasa yang begitu khas dan sedap dari kopi Sido Mulia ini dihasilkan dari resep warisan yang tidak berubah hingga sekarang. Sumber dari kopi yang didapatkan pun tetap berasal dari perkebunan yang sama seperti pada masa Hwie dulu. Selain itu ada satu keterampilan lain yang dipelajari oleh Sonny dari orang tuanya yaitu cara menentukan bahan baku. Sonny hanya mau menerima biji kopi yang masak pohon saja.

"Pokoknya tidak pernah keluar dari rel. Salah satunya harus memilih bahan yang berkualitas. Kami selalu memiliki stok untuk setahun produksi," katanya.

Selain Sido Mulia, Kota Malang saat juga memiliki beberapa merek kopi lain seperti Sido Mukti, Sama Jaya, Sumber Alam dan lain-lain. Keberadaan mereka menjadi bukti bahwa Malang merupakan salah satu daerah penghasil kopi.

"Wilayah Dampit ke selatan atau lereng-lereng gunung wilayah perkebunan menjadi penghasil kopi. Saat ini kopi jenis robusta juga masih didapatkan di daerah tersebut, tetapi kalau jenis Arabica diperoleh dari Jember," kata Sonny.

Hwie lahir di Tionghoa dan mengembara ke Indonesia tahun 1937. Dia mulai membangun tokonya tahun 1939 hingga meninggal pada tahun 2008 dalam usia 90 tahun. Sementara Sonny sendiri baru lahir tahun 1955. Dia belum terlahir saat ayahnya mengawali bisnis kopinya.

Seumur hidup Sonny telah digunakannya untuk mengelola bisnis kopi, hingga meninggal nanti dia tetap berencana melakukan hal yang kini dilakoninya. Bahkan dia juga mewariskan kecintaan terhadap kopi ini pada anak-anaknya. Hal ini terbukti dari anak pertamanya yang mendirikan tiga cabang Starbucks di Bali.

PILIHAN EDITOR

(RWP)
  1. Kuliner
  2. Sejarah Malang
  3. Ngalam lawas
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA