1. MALANG
  2. GAYA HIDUP

Eksistensi trio Malang Creator berbagi kreativitas di dunia digital

Mengulik seputar dunia digital content creative dari tiga sudut pandang berbeda. Mulai dari awal ketertarikan hingga strategi yang menjual.

Siti Rutmawati. ©2017 Merdeka.com Reporter : Siti Rutmawati | Kamis, 12 Januari 2017 20:17

Merdeka.com, Malang - Tak dipungkiri, kemajuan teknologi memberi angin segar bagi masyarakat untuk berkreasi, khususnya dalam dunia digital. Mengikuti perkembangan dunia digital, masyarakat menjadikannya sebagai media untuk berkresi. Seperti yang dilakukan oleh tiga pemuda kreatif yang bergabung dalam Komunitas Malang Creator.

Sekilas tentang Malang Creator. Komunitas yang pertama kali dibentuk pada awal November 2015 ini merupakan wadah yang dibentuk untuk mempertemukan talent-talent berbakat di Malang yang memiliki hobi sebagai videografer, fotographer, penulis, maupun hobi lainnya, khususnya di bidang digital.

Tak sedikit talent yang bergabung dalam komunitas ini. Berkat konten digital mereka yang menarik, para talent tersebut mampu menemukan

Magnet apa yang menarik kamu bergelut di bidang digital content creator?

Saat pertanyaan tersebut dilontarkan, ketiga pemuda kreatif ini memiliki jawaban yang berbeda-beda. Hena, sapaan akrab Henasatya, mengaku tersedot dalam magnet digital content creator lantaran jurusan kuliah yang diambilnya. Mengingat, Hena merupakan mahasiswa audiovisual di Universitas Muhammadiyah Malang.

"Karena memang saya suka. Kebetulan, kuliahnya di jurusan komunikasi, konsentrasinya ke audio visual di Unmuh (Universitas Muhammadiyah Malang). Agar mencerminkan anak audio visual, akhirnya saya bikin video," aku Hena.

Jawaban berbeda datang dari Adi. Penulis "Curcol si Rantau Kacau" ini mengaku ketertarikannya di dunia menulis membawanya masuk dalam dunia digital content creator. Kata Adi, dirinya bersyukur dirinya hidup di generasi sekarang ini. Perkembangan teknologi yang semakin maju memudahkan dirinya mengembangkan hobi yang dimilikinya.

"Saya senang lahir di generasi ini, karena saya bisa berkarya sebebas-bebas saya, di media yang sangat gratis. Mungkin, 20 tahun lalu, kalo saya harus mengirim karya saya ke penerbit, ke koran, yang kemungkinannya kecil untuk diterbitkan. Belum lagi biaya buat ngetik, nge-print dan segala macem," ungkap Adi.

Lain halnya dengan Decky Ersa, sang video creator yang sudah sejak 2011 lalu hinggap dalam dunia video dan perfilman. Karya pemuda yang memiliki hobi berakting ini bahkan pernah ditayangkan di televisi. Saat itu, Decky menerima permintaan untuk pembuatan video iklan yang ditayangkan di televisi.

Decky mengaku, ketertarikannya pada digital content semenjak klientnya meminta agar iklan yang dibuatnya itu, diunggah di youtube. Saat itu, Decky mendapat permintaan dari klient untuk mengunggah web-series di youtube.

"Akhirnya, dari situ saya tertarik untuk membuat konten yang bisa di upload ke sosial media. Akhirnya, saya pelajari di sosial media itu sekitar tahun 2013-2014an. Habis itu, saya ketemu dengan temen2 yang bergerak di bidang yang sama, jadi saya bikin," singkat Decky.

Saat butuh ide segar tapi pikiran lagi buntu, bagaimana cara kamu menggalinya?

Ide memang tak selalu muncul saat diinginkan. Bahkan, tak jarang jika ide tersebut semakin bersembunyi saat dikejar terus. Hal serupa juga dialami, Hena, Adi, dan Decky. Namun, trio dari Malang Creator ini memiliki cara tersendiri untuk mengatasinya.

"Biasanya, kalo saya buntu itu, karena saya lagi malas. Atau, pada saat itu lagi gak ada kegiatan, biasanya buntu. Yang saya lakukan pada saat itu adalah, pertama membeli buku baru. Terus, kadang-kadang kalo malam minggu, nongkrong sama teman-teman," ungkap Adi.

Saat dirinya dilanda kebuntuan ide, dirinya memiliki dua solusi mujarab. Pertama, membeli buku baru. Dengan membaca buku, Adi mengaku dari buku tersebut dirinya seringkali mendapatkan ide untuk konsep cerita yang ingin ditulisnya. Mengingat dalam dunia kreatif, Adi cenderung mengarah pada aspek penulisan cerita.

Selain itu, melakukan observasi pada orang-orang disekitarnya, juga menjadi senjata andalan dikala dirinya dilanda kebuntuan ide. Tak jarang, berbincang-bincang dengan kawan dikala waktu luang justru menjadi sumber ide. Curahan hati, kawan-kawannya justru menjadi materi segar bagi Adi untuk proyek menulisnya.

"Saya kan sering tuh ngobrol ma temen-temen, cerita-cerita. Saya dengerin aja, tapi saya catat," tutur Adi.

Hal unik justru dilakukan oleh Hena, saat dirinya membutuhkan ide segar untuk karya videonya. Pemuda yang kerapkali menayangkan karya videonya melalui instagram ini, justru mengais-ngais 'keresahan' saat dirinya dilanda kebuntuan ide. Hena mengaku, sumber idenya muncul justru dari keresahan-keresahan yang muncul, baik dari dirinya sendiri maupun dari orang lain.

"Nyari keresahan. Kalo lagi gak ada ide. Itu artinya idup itu udah nyaman, udah gak sebanyak keresahan waktu itu. Otomatis, dari situ saya nyari keresahan, nyari masalah apa," tutur Hena.

"Soalnya saya mikirnya, ketika saya berkarya sesuai dengan keresahan, otomatis orang yang punya keresahan yang sama akan merasa terwakili. 'oh saya juga kayak gini'," tandasnya.

Selama bergelut di bidang ini, hal apa yang menurut kamu paling menantang?

Bergelut di bidang content creator memang memiliki tantangan tersendiri. Salah satunya terkait dengan perkembangan dunia digital yang pesat, menuntut para creatornya untuk terus melakukan inovasi yang menggelitik rasa ingin tahu masyarakat. Mengingat hal tersebut, tentu dibutuhkan strategi untuk memenuhi tuntutan tersebut.

Menjawab hal tersebut, Decky memberikan enam resep yang harus dilakukan para penggerak digital content creator agar mampu bersaing dalam bidang tersebut. Untuk dapat membuat konten yang viral, konten tersebut sebaiknya mengandung social currency, trigger, emotion, practical value, public, dan story. 

Decky mencontohkan dengan fenomena yang kini tengah hangat melanda masyarakat Indonesia, yakni "Om Telolet Om". Kata Decky, fenomena tersebut mengandung strategy social currency, atau yang disebutnya dengan istilah "getuk tular". 

"Kalo strategi sosial itu, bersifat masif. Nah, misalkan, saya neh, punya om telolet om. Saya ajak dua orang, dan nanti dua orang ini ngajak yang lain juga, nah itu yang namanya social. Jadi, kayak ada contigous, getuk tular," tandas Decky.

PILIHAN EDITOR

(SR)
  1. Inspiratif
  2. Malang Kreatif
  3. Media Sosial
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA