Korban Hercules jatuh, Mayor Pnb Marlon Ardiles Kawer merupakan lulusan terbaik Sekkau. Ia dikenal sebagai sosok yang supel dan bersahabat.
Merdeka.com, Malang - Mayor Pnb Marlon Ardiles Kawer, pilot Hercules A-1334 yang jatuh di Wamena, Papua, memiliki rekam jejak sangat professional. Bahkan di mata rekan-rekannya sesama penerbang, Ardiles Kawer adalah prajurit yang loyal dengan pekerjaannya.
Mayor Pnb Bambang Baskoro Adi, rekan satu angkatan Marlon mengungkapkan, sahabatnya itu sebagai seorang pekerja keras. Sikap kerja kerasnya itu sudah terlihat sejak bersama-sama menempuh pendidikan di Akademi Angkatan Udara (AAU).
"Dalam persoalan pekerjaan, beliau seorang profesional dan pekerja keras, boleh dibilang itu perfect," kata Baskoro di rumah duka almarhum di Komplek Lanud Abdulrachman Saleh Malang, Selasa (20/12).
Baskoro mengatakan, Marlon banyak berperan dalam berbagai misi internasional di antaranya ke Lebanon, Australia dan China. Sejumlah prestasi pernah diraihnya, termasuk sebagai salah satu lulusan terbaik Sekkau (Sekolah Komando Kesatuan TNI Angkatan Udara).
"Beliau salah satu lulusan terbaik. Sekkau, saat kenaikan pangkat Kapten. Salah satu lulusan terbaik Sekkau," katanya.
Sekkau sendiri adalah pendidikan pembekalan para perwira berpangkat Kapten/Mayor sebelum mengemban tugas pokok TNI AU setingkat Satuan Dasar/Skadron. Bahkan dalam waktu dekat, sekitar Januari akan menjalani Sekolah Komando AU (Sesko AU) di Lembang, Jawa Barat.
Marlon menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Biak, sebelum kemudian masuk Akademi Angkatan Udara (AAU) pada 2000. Selanjutnya, Marlon masuk Sekolah Penerbang (Sekbang) 2004-2005 angkatan ke-70.
"Beliau satu angkatan dengan kami, teman sekaligus saudara. Merasakan suka dan duka bersama di pendidikan," katanya.
Saat lulus Marlon bertugas di Malang, sementara Baskoro ditugaskan di Makassar. Tetapi keduanya pernah bertemu bersama saat menjadi instruktur penerbang di Yogyakarta.
"Sekitar 2013-2014 ketemu di Yogyakarta menjadi instruktur penerbang. Kami ditugaskan bersama kembali sebagai instruktur," katanya.
Saat itu memiliki kesempatan terbang bersama. Keduanya saling menambah pengalaman di udara dan mengajari ilmu yang sudah didapatkan dengan mempraktikkan manuver di udara.
"Bisa terbang bersama dengan teman se-angkatan saya, sebagai kesempatan yang saya rasa istimewa," katanya.
Baskoro melihat Marlon sebagai pribadi yang supel dan pandai bergaul. Tidak ada orang yang tidak suka berada di dekatnya, karena memang menyenangkan, suka bercanda dan tidak pilih-pilih teman.
"Kami sering akrab memanggil Pace. Kita ada 18 penerbang dalam satu angkatan dan semua akrab. Saya terakhir bertemu di Halim Perdana Kusuma dua hari sebelum kejadian," kisahnya.
Pandangan serupa juga disampaikan oleh Mayor Sus Hamdi Londong Allo, kepala penerangan Lanud Abdulrachman Saleh Malang. Kendati tidak dalam satu divisi, Londong mengaku dekat saat di Yogyakarta juga di Malang.
"Mudah bergaul. Temannya banyak. Selalu ngemong pertemanan," katanya.
Jenazah Marlon diberangkatkan dari rumah duka di Lanud Abdulrachman Saleh Malang menuju Biak. Jenazah langsung dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Biak Numfor. Selamat jalan sang penerbang!