Mayor Pnb Marlon Ardiles Kawer dikenal sebagai sosok inspiratif . Perjuangan gigihnya menjadi seorang penerbang memotivasi keluarga besarnya.
Merdeka.com, Malang - Pilot Hercules A-1334 yang mengalami kecelakaan di Wamena, Papua, Mayor Pnb Marlon Ardiles Kawer dikenal sebagai sosok inspiratif dalam keluarga. Perjuangan gigihnya menjadi seorang penerbang memotivasi keluarga besarnya. Termasuk anak muda di kampung halamannya.
"Kami sangat kehilangan, dia inspirasi kami, bagi keluarga besar kami," kata Marthen Saroy, dengan suaranya yang parau menahan emosi di Malang, Selasa (20/12).
Marthen adalah sanak keluarga Marlon. Usianya hanya berbeda sekitar dua tahun saja dengan Marlon. Karena itu, sejak kanak-kanak mereka berdua kerap bermain dan belajar bersama. Jarak memisahkan setelah Marlon menempuh pendidikan Akademi Angkatan Udara (AAU).
Seluruh keluarga memiliki kedekatan dengan Marlon karena sikapnya selalu merangkul semua saudara. Kendati usianya masih muda tetapi bisa menjadi penghubung persaudaraan. "Orangnya supel dan mudah bergaul, dengan siapapun karena itu banyak saudara dan teman yang suka," katanya.
Marthen mengaku tidak pernah tahu pasti alasan keponakannya itu memilih profesi sebagai penerbang. Rumah Marlon memang tidak begitu jauh dari bandara. Setiap hari Marlon selalu menyaksikan pesawat lalu lalang di atas rumahnya. Kemungkinan, kondisi itu yang membuat Marlon bercita-cita menjadi seorang penerbang.
Marlon menempuh pendidikan sampai SMA di Biak, tepatnya SMA Negeri 1 Biak, sebelum kemudian masuk Akademi Angkatan Udara (AAU). Masuk AAU pada tahun 2002 dan Sekolah Penerbang (Sekbang) lulus 2005.
Marthen menuturkan, keponakannya itu selalu memberinya kabar setiap pulang ke Papua. Sekitar Juni lalu, juga membawa pesawat A-1334, terbang ke Papua. Namun entah apa, Sabtu (18/12) lalu Marlon tidak memberinya kabar.
Justru Marthen dibuat terkejut karena pesawat yang dipiloti keponakannya itu terjatuh di Wamena. Marthen pun spontan menuju ke lokasi bersama keluarga yang lain, namun kemudian diarahkan ke Markas AURI di Wamena yang memang digunakan sebagai pusat evakuasi.
Kenangan yang paling membekas bagi Marthen, saat keponakannya itu bermain ke rumah saat liburan. Marlon sebagai sosok pintar yang memberi les pada anak-anak seusianya.
Sementara itu, Hestevina Kawer, adik sepupu Marlon mengungkapkan, almarhum dikenal ramah dengan keluarga dan anak-anak. Sikapnya perpaduan antara ayahnya yang dari Papua dan ibunya dari Jawa.
"Ramah sekali, baik keluarga maupun semuanya. Saat berkumpul, anak-anak kecil diperlakukan seperti anaknya sendiri. Dengan siapapun dekat sekali, baik di penerbangan maupun di lingkungannya," kata Fina, sambil menikmati kinangnya.
Marlon lahir di Biak, 30 Maret 1982. Pernikahan dengan perempuan Yogyakarta, Maria Fatmawati dikaruniai dua orang anak. Selama bertugas mereka tinggal di Komplek Amarta Blok G-10 Lanud Abdulrachman Saleh Malang.
Jenazah Marlon, Selasa (20/12) sekitar pukul 07.00 WIB take out ke Biak, Papua. Sebuah upacara kemiliteran nan syahdu mengiringi keberangkatan almarhum.