Siap mengayuh sepeda tandem lintasi sembilan negara bersama sang istri, ini pesan perdamaian yang ingin disampaikan Hakam Mabruri.
Merdeka.com, Malang - Hakam Mabruri (34) dan sang istri Rofingatul Islamiah (34) bakal melintasi nusantara bagian Barat dan sembilan negara dengan menggunakan sepeda tandem. Aksi tersebut dilakukan keduanya dalam misi menyerukan pesan perdamaian antarumat beragama di dunia. Perjalanan yang akan menempuh bentang alam sepanjang 6.755 kilometer tersebut, Hakam dan Rofingatul akan singgah di tempat-tempat suci lintas agama yang tersebar di beberapa negara. Pasangan suami istri (pasutri) asal desa Gading, kecamatan Bululawang, kabupaten Malang tersebut akan melintasi negara Malaysia, Thailand, Nepal, India, Arab Saudi, Yordania, Palestina, Israel dan Mesir.
Perjalanan yang mengusung visi perdamaian antarumat beragama tersebut akan dimulai 15 Desember mendatang, dengan rute pertama melintasi nusantara bagian Barat. Tujuan ziarah pertama perjalanan sepeda tandem bertajuk "Holy Journey Bicycle Trip" itu adalah makam Walisongo di bilangan Surabaya, Gresik, Lamongan, Tuban, Kudus dan Cirebon.
Perjalanan tersebut tentu membutuhkan biaya yang cukup besar. Selain mendapat dukungan dari sponsor, Hakam dan Rofingatul pun mendapatkan dukungan dari sahabat-sahabatnya. Para sahabat tersebut turut membantu Hakam dan Rofingatul menggalang dana via facebook. Penggalangan dana pun dilakukan dengan menjual merchandise yang pun mengangkat tema Holy Journey Bicycle Trip.
Melirik pada kendaraan yang digunakan, pemilihan sepeda tandem ternyata tidak sembarangan. Hakam Mabruri mengungkapkan bahwa penggunaan sepeda tandem merupakan sebuah simbol tentang kekompakan. Mengingat, visi yang ingin diserukan Hakam dan Rofingatul adalah tentang perdamaian antarumat beragama. Visi tersebut akan diwujudkan dengan singgahnya sejoli muslim ini di beberapa lokasi yang menjadi tempat suci lintas agama di dunia, khususnya Budha, Hindu, Islam dan Nasrani.
Sepeda tandem, kata Hakam, menyimpan dua makna terkait kekompakan. Makna pertama dikaitkan dengan kekompakan dalam rumah tangga. Sepeda tandem merupakan jenis sepeda gandeng yang membutuhkan dua orang untuk mengayuhnya. Sebagai kepala keluarga, suami yang mengayuh sepeda bagian depan adalah pemegang kendali dalam rumah tangga. Namun, suami tak bisa melakukannya sendiri tanpa dorongan dari istri yang mengayuh sepeda bagian belakang.
"Kalo kita mau naik sepeda tandem itu kan yang ngayuh dua orang. Itu sebenarnya simbolik, simbol tentang kekompakan. Suami kan sebagai pemegang kendali karena duduk di depan. Sedangkan istri yang dududk di belakang kan harus yakin sama suami, yang megang kendali tadi. Tapi, beban kayuhan suami saat bersepeda akan lebih ringan ketika ada dorongan kuat dari istri," jelas Hakam kepada merdeka.com, Selasa (6/12).
Tak hanya itu, melalui penggunaan sepeda tandem, Hakam dan Rofingatul ingin menyampaikan pesan kekompakan sebagai warga negara. Indonesia, kata Hakam, adalah negara yang kaya akan perbedaan, baik ras, suku, budaya maupun agama, namun tetap satu yakni Indonesia. Persatuan tersebut didapat karena adanya persamaan-persamaan pemikiran yang menyisihkan perbedaan yang ada. Karena itu, untuk mencapai sebuah kekompakan, Hakam melalui aksinya ingin mengajak masyarakat untuk melihat persamaan-persamaan yang ada sehingga rasa persatuan tersebut tetap terpelihara.
"Ibaratnya, naik sepeda tandem itu kan yang ngayuh saya dan istri saya. Saya dan istri saya kan sudah beda kepala, pasti ada perbedaan pemikiran. Tapi, dari perbedaan pemikiran itu, pastilah ada yang sama. Nah, persamaan-persamaan itulah yang harus kita cari biar ngayuh sepedanya mudah, nyaman. Sama halnya dengan negara. Negara kita kan terdiri dari banyak sekali kepala (pemikiran) yang berbeda-beda. Namun, dari perbedaan itu, pasti ada yang sama. Nah, persamaan itulah yang kita cari", tutur Hakam.