1. MALANG
  2. GAYA HIDUP

Celoteh Astu Prasidya tentang membangun karya di kampung halaman

Lewat Pecha Kucha Night, ini gagasan Astu Prasidya tentang pentingnya berkarya di kampung halaman sendiri.

Astu Prasidya saat Pecha Kucha Night. ©2017 Merdeka.com Reporter : Siti Rutmawati | Senin, 30 Januari 2017 17:27

Merdeka.com, Malang - Suasana gelaran Pecha Kucha Volume 1, Sabtu (28/1) malam itu tampak begitu meriah. Pemandu acara, Rizky Boncel, berhasil mengundang gelak tawa dan memancing perhatian para peserta yang hadir dalam acara yang digelar di Kedai Food Factory itu. Ruangan kedai tampak penuh oleh para peserta, dan pengunjung yang sengaja hadir untuk menyaksikan presentasi dari 11 presenter yang hadir malam itu.

Mengusung tema "Create Society Empowering Idea", Pecha Kucha Night Malang Volume 1 menjadi ajang yang mewadahi pengenalan ide maupun karya dari insan-insan kreatif di Malang. Dalam acara tersebut, 11 presenter hanya diberikan waktu 400 detik untuk mempresentasikan 20 slide yang mereka buat.

Rizky Bonchel saat Pecha Kucha Night Malang Volume 1
© 2017 merdeka.com/Siti Rutmawati

Gaya presentasi khas Pecha Kucha Night ini ternyata memberi sensasi tersendiri bagi para presenter yang mengikuti gelaran ajang kreatif tersebut. "Ini terus terang, pertama kali buat aku, dan aku harus ngomong cepet.Ini ada waktunya, satu slide 20 detik," ungkap Astu Prasidya, salah satu presenter yang turut berpartisipasi dalam acara tersebut, Sabtu (28/1).

Astu mengaku merasa gugup, saat mempresentasikan idenya dihadapan para peserta yang bergabung dalam Pecha Kucha Night. Meski begitu, Astu tetap terlihat tenang dan asik saat menyampaikan idenya terkait tentang maksimalisasi sumber daya putera daerah dalam pembangunan kota.

Menyorot sosok Astu Prasidya, pria 38 tahun ini merupakan seorang Visual Creative Director, khususnya untuk film dan animasi. Astu memulai perjalanan karirnya saat belajar di Universitas Negeri Malang, dengan fokus pada visual communication design. Semakin gemilang sejak tahun 2001, karya-karya Astu mulai dilirik dengan ditayangkan di beberapa stasiun televisi dalam negeri.

"Kalo series (film animasi series), aku (bikin) dari 2007-2014. Tahun 2001 itu, aku bikin game interaktif di Malang, distribusinya nasional. Habis itu, aku bikin film, bikin video klip, macem-macem lah," tutur Astu.

Pecha Kucha Night Malang Volume 1
© 2017 merdeka.com/Siti Rutmawati

Melalui Pecha Kucha Night, Astu menyampaikan idenya terkait maksimalisasi sumber daya kreatif putera daerah untuk membangun kota Malang. Kata Astu, putera daerah merupakan tonggak pembangunan daerah. Mereka (putera daerah) merupakan sosok yang mengenal karakteristik daerah masing-masing, sehingga paham akan kebutuhan akan pembangunan di kampung halamannya.

"Aku mau menekankan bahwa kalau misalnya orang-orang yang berbakat pindah ke kota, kalau semuanya pindah ke Jakarta, maka akan terjadi kekosongan sumber daya manusia. Gak cuman buat di Malang aja, tapi di daerah-daerah lain juga," tegas Astu.

Kata Astu, akan menjadi hal yang baik, jika putera daerah mencari 'sangu' ke kota lain, untuk memperkaya diri dengan ilmu, wawasan, dan pengalaman. Namun, akan lebih baik lagi, jika sang putera daerah kembali ke kampung halaman, dan menyumbangkan karya untuk pembangunan daerahnya.

"Orang-orang di daerah juga 'kan harus keluar (daerah) dulu, keluar (daerah) bagaimana mereka mencari ilmu, menimba ilmu, memperluas wawasan. Tapi jangan lupa kalo mereka juga harus balik. Jadi istilahnya, mereka udah punya sangu kemudian balik, membangun kotanya sendiri," kata Astu.

"Karena, mereka (putera daerah) adalah orang paling tahu gimana kotanya, 'kan?" tandasnya.

PILIHAN EDITOR

(SR)
  1. Event
  2. Malang Kreatif
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA