"Dari atas, tidak pernah ada suara yang terdengar, bahkan pemandangan orang di bawah juga biasanya tidak terlihat jelas," tutur Aviandi.
Selain karena suara yang tidak terdengar dan pemandangan yang tidak terlihat ini, Aviandi juga menuturkan bahwa selama terbang dia tidak pernah membagi-bagikan uang. Walau begitu, ternyata memang tren meminta uang ke pesawat ini juga sudah mulai redup popularitasnya.
Reza menuturkan bahwa pada saat ini dia mulai jarang menemui anak-anak yang melakukan tindakan seperti ini. Hal ini tentu saja berbeda dengan di masa kecilnya.
"Sekarang sudah jarang anak kecil yang teriak seperti itu (kapal njaluk dhuwik e .red). Anak-anak sekarang sudah cuek, nggak supel seperti jamanku," jelasnya.
Hal yang sama diungkapkan oleh Rifqi mengenai memudarnya kebiasaan unik di anak-anak ini. Dia mengungkap bahwa hal ini mulai jarang dilakukan oleh anak-anak dan digantikan oleh hal lain.
"Sekarang sudah jarang anak kecil yang melakukan teriakan ini dan diganti dengan kebiasaan hormat vespa," jelas Rifqi.
Walau kini kebiasaan anak-anak untuk berteriak "kapal njaluk dhuwik e' telah menghilang, namun pada generasi yang lebih tua terutama 80 dan 90-an, kebiasaan ini masih membekas di ingatan mereka dan menjadi memori masa kecil. Biar lambat laun hilang, ujaran ini pernah menjadi suatu cerita tersendiri bagi mereka yang tinggal di wilayah Malang.