1. MALANG
  2. GAYA HIDUP

Mendulang untung dari membuka Pom mini

Munculnya Pertamina serta Pom mini di sejumlah wilayah Malang menunjukkan bahwa perubahan cara bisnis ini diakui cukup menguntungkan.

©2017 Merdeka.com Reporter : Rizky Wahyu Permana | Sabtu, 07 Januari 2017 00:22

Merdeka.com, Malang - Belakangan ini, terdapat sedikit pemandangan berbeda yang menghiasi berbagai jalanan di wilayah Malang Raya. Hal itu adalah cukup banyaknya penjual bensin eceran yang menggunakan mesin atau dispenser yang hampir identik dengan yang digunakan oleh Pertamina yang biasanya terdapat di berbagai Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

Banyak yang memelesetkan bahwa penjual eceran seperti ini sebagai pertamini atau Pertamina mini dan bahkan beberapa penjual memajang nama itu. Namun banyak juga yang tidak menggunakan nama pertamini dan memilih nama yang lebih aman sebagai Pom mini, tentu saja secara penampilan mungkin mereka tak sama seperti penjual bensin eceran yang sebelumnya umum diketahui.

Jika dulu, penjual bensin eceran selalu identik dengan botol-botol yang berjejer maka saat ini di beberapa tempat pemandangan tersebut sudah digantikan dengan dispenser bensin layaknya di SPBU. Hanya saja tentu ada banyak hal yang membedakannya dengan SPBU pada umumnya, yang pertama adalah penjualnya yang tentu saja tidak menggunakan seragam, kedua, hanya ada satu dispenser saja dengan jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) tertentu, serta tidak adanya alat pemadam serta gundukan pasir yang lazim ada sebagai alat pengaman di SPBU.

Jika hanya sekali lihat dari dispenser yang digunakan, hampir tidak ada perbedaan yang terlalu besar dengan yang biasa digunakan di SPBU. Hanya saja ukuran yang digunakannya jelas lebih kecil dibanding dengan yang umum ditemukan. Perbedaan lain yang paling terasa ketika membeli adalah dari harga per liternya yang tidak standard dan sama dengan harga bensin eceran pada umumnya.

Salah satu penjual dengan sistem dispenser baru ini yang ditemui tim Merdeka.com adalah Wiryo di wilayah Tirtomoyo, kabupaten Malang. Wiryo mengatakan bahwa dia telah berjualan selama dua bulan dengan menggunakan sistem mesin yang baru ini.

"Sebelumnya saya sudah jualan bensin eceran tapi pakai botol gitu. Baru dua bulan ini ganti jadi pakai mesin gini," ungkap Wiryo.

Wiryo mengaku mendapat tawaran dari seorang sales yang berkeliling untuk mencoba mengganti cara berjualan bensin ecerannya dari yang semula menggunakan botol berubah menggunakan mesin. Wiryo mengaku bahwa alat yang digunakannya tersebut merupakan buatan Bandung dan kini mampu meningkatkan penjualan bensin ecerannya.

"Sebelumnya waktu masih pakai botol yang tidak selaku sekarang. Setelah ganti pakai mesin gini lebih banyak yang orang yang beli dan jadinya lebih ramai," ujarnya.

Dispenser BBM yang digunakan oleh Wiryo sendiri merupakan jenis dengan dua selang dan dua drum. Wiryo mengatakan bahwa harga alat yang digunakannya ini adalah sebesar Rp. 30 juta. Mesin ini menggunakan sistem penyimpanan di drum yang disimpan di bawah tanah serta mampu menjual dua jenis BBM yaitu Pertalite dan Pertamax. Masing-masing drum ini memiliki kapasitas penyimpanan yang cukup besar yaitu hingga 420 liter.

Total untuk mewujudkan tempat berjualan bensin ecerannya yang dipasangi label sebagai Pom mini, Wiryo harus merogoh kocek hingga Rp. 50 juta. Namun pengeluaran sebesar itu ternyata dianggapnya sepadan dengan hasil yang didapatkan.

"Ya sekarang lumayan lah, karena orang lihatnya saya pakai alat gini jadinya mereka lebih percaya karena itunggannya nggak bisa membohongi," ujarnya.

Keuntungan yang semakin besar seperti yang diperoleh oleh Wiryo juga diamini oleh penjual eceran lain Sulaikha. Sama seperti Wiryo, Sulaikha juga melakukan perubahan pada cara berjualan bensinnya dari yang sebelumnya menggunakan botol menjadi menggunakan dispenser.

"Ya sekarang jualan juga lebih untung, apa lagi sudah nggak perlu repot-repot lagi ngukuri masukkan bensin ke botol," ungkap Sulaikha.

Mesin yang digunakan oleh Sulaikha cukup berbeda dengan mesin milik Wiryo. Dispenser milik Sulaikha ini tetap menggunakan sistem yang sama hanya saja drum penyimpanan serta jenis BBM yang dijual hanya satu macam saja yaitu Pertalite. Harga mesin ini pun juga lebih murah yaitu sekitar Rp. 13 juta.

Walaupun mengeluarkan modal yang cukup besar untuk membeli dispenser ini, Sulaikha mengaku bahwa pendapatan cukup besar dan dia yakin tak akan rugi. Diakuinya bahwa cara yang digunakannya sekarang lebih mudah dan lebih santai dibanding dengan sistem botol.

PILIHAN EDITOR

(RWP)
  1. Malang dalam Cerita
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA