Sayangnya, kedua istrinya tersebut tak mampu memiliki anak (mandul). Vyasa kemudian memberikan kedua istrinya telur untuk dierami. Winata mendapatkan tiga telur, sedangkan Kadru mendapatkan 100 telur.
Dari tiga butir telur yang dierami Winata, hanya satu telur yang menetas. Telur tersebut menetas dalam bentuk makhluk antrophomorfis (manusia setengah burung) bernama Garudeya. Sedangkan 100 telur yang dierami Kadru menetas seluruhnya. Dari 100 butir telur lahir pula 100 ekor ular.
Panil 1 (sisi Selatan) menggambarkan Garudeya tengah memanggul ular-ular pada pundaknya. Panil ini mengisahkan ketika Winata dan Garudeya menjalani hidup sebagai budak Kadru.
Garudeya bertugas mengasuh putra Kadru yang berwujud ular. Winata dan Garudeya menjadi budak lantaran kelicikan Kadru. Winata kalah dalam sebuah taruhan menebak warna kuda kuda Uchaiswara yang menyembul dari dalam samodra susu (samodra/ksirarwana). Sesuai dengan perjanjian, pihak yang kalah menjadi budak dari pihak pemenang.
Panil II menggambarkan Garudeya tengah menyunggi amreta dalam suatu wadah yang bentuknya menyerupai piala bercerat(kamandalu). Panil ini mengisahkan keberhasilan Garudeya dalam mendapatkan amreta (air kehidupan, air keabadian) sebagai 'penebus" bagi perbudakannya.
Garudeya berjuang mati-matian untuk mendapatkan tirtha Amreta, yaitu sari samodra susu yang diamankan oleh Dewa Wisnu. Digambarkan, semangat besar Garudeya dalam memperebutkan Amreta nyaris mengalahkan Dewa Wisnu. Akhirnya, Wisnu setuju meminjamkan Amreta, dengan syarat Garudeya bersedia menjadi wahana (kendaraan) Wisnu.
Panil III digambarkan Garudeya digambarkan tengah menggendong ibunya pada punggungnya (gendong buri) untuk diterbangkan meninggalkan kediaman Kadru. Relief ini mengisahkan kejadian ketika Garudeya berhasil membebaskan atau memerdekakan ibunya (Winata) dari praktik perbudakan Kadru.