1. MALANG
  2. KABAR MALANG

Menyusuri bangunan candi Kidal, keelokan purbakala untuk Anusapati

Menyusuri keindahan karya seni spritual purbakala yang terpahat pada tubuh candi Kidal. Sebuah tempat suci yang didirikan untuk Raja Anusapati.

©2016 Merdeka.com Reporter : Siti Rutmawati | Kamis, 06 Oktober 2016 19:37

Merdeka.com, Malang - Candi Kidal merupakan salah satu candi peninggalan kerajaan Singhasari. Candi ini berlokasi di desa Rejokidal, kecamatan Tumpang, kabupaten Malang. Candi Kidal diperkirakan sebagai candi pemujaan tertua di Jawa Timur.

Perkiraan ini muncul lantaran pemerintahan Airlangga (11-12 M) dan raja-raja Kediri (12-13 M) hanya meninggalkan candi Belahan dan Jalatunda. Kedua candi ini merupakan candi petirtaan atau pemandian.

Candi Kidal dibangun sebagai bentuk penghormatan kepada Raja Anusapati. Candi ini dibangun agar Sang Raja mendapat kemuliaan sebagai Syiwa. Candi Kidal dibangun pada 1248 M, setelah upacara pemakaman 'Cradha' untuk Anusapati.

Menelusuri bangunan candi Kidal
Para pakar menyebutkan bahwa candi Kidal merupakan prototipe candi Jawa Timuran. Ini lantaran pada candi Kidal ditemukan perpaduan corak candi Jawa tengah dan candi Jawa Timuran.

Bangunan candi Kidal terbuat dari batu andesit dan berdimensi geometris vertikal. Halaman candi dikelilingi oleh deretan batu yang berfungsi sebagai pagar. Tubuh candi berdiri di atas kaki candi setinggi 2 meter. Alas candi yang lebih besar dibandingkan dengan tubuh candi, membuat candi Kidal terlihat ramping.

Keunikan bangunan candi Kidal terletak pada bentuk anak tangga menuju selasar. Tepat di depan pintu candi terdapat sebuah tangga batu yang terdiri dari anak tangga yang tipis. Hal ini membuat tangga ini tak terlihat seperti tangga candi pada umumnya.

Tak seperti candi lainnya, tangga batu candi Kidal tidak dilengkapi pipi tangga berbentuk ukel. Namun, candi Kidal memiliki sebuah badug atau tembok rendah pada anak tangga candi. Badug ditemukan pada anak tangga pertama candi, dengan bentuk siku yang menutup sisi samping dan sisi depan kaki tangga.

Kalamakara pada Candi Kidal 
© id.wikipedia.org

Ambang atas pintu candi Kidal memiliki bilik penampil berhiaskan kalamakara. Hiasan kalamakara ini terlihat menyeramkan dengan mata melotot, dan mulut terbuka. Dua taring besar dan bengkok pada wajah kalamakara merupakan ciri khas dari candi Jawa Timur. Kalamakara diyakini sebagai penolak bala atau pengusir roh-roh jahat.

Sisi kiri dan kanan candi terdapat relung kecil yang berfungsi sebagai tempat arca. Masing-masing relung dilengkapi dengan atap dan pada ambang atas terdapat hiasan kalamakara. Atap candi berbentuk kotak bersusun tiga dengan ukuran yang semakin ke atas semakin mengecil. Puncak candi tak berbentuk runcing, melainkan datar tanpa ratna maupun stupa.

Saat ini tak ada satu arca pun yang bisa ditemukan di candi Kidal. Tubuh candi pun berada dalam kondisi kosong. Meskipun begitu, kekayaan estetika dan spiritual terpahat jelas dalam tubuh candi Kidal.

Relief Ketiga Garudeya  pada Candi Kidal 
© lifetrueblog.wordpress.com

Pada kaki candi Kidal terdapat pahatan relief Garudeya, sebuah mitos yang hidup pada masyarakat Jawa Kuno yang menganut Hinduisme. Terdapat tiga relief Garudeya yang terpahat pada candi. Relief pertama menggambarkan seekor garuda menggendong tiga ular besar. Relief kedua melukiskan seekor garuda dengan kendi di atas kepalanya. Sedangkan, relief ketiga melukiskan seekor garuda menggendong seorang wanita.

Garudeya sendiri merupakan sebuah mitos yang mengisahkan tentang seekor garuda yang berhasil membebaskan ibunya dari perbudakan, dengan tebusan air suci Amerta atau air kehidupan.

PILIHAN EDITOR

(SR)
  1. Sejarah Malang
  2. Wisata Sejarah
  3. Zona Turis
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA