1. MALANG
  2. KABAR MALANG

Tradisi unik berusia 42 tahun, arak hewan kurban keliling kampung di Temenggungan

Syiar pawai kurban yang diberi tema Euforia Temenggungan tersebut sudah menjadi tradisi yang dijalankan setiap tahun.

©2018 Merdeka.com Editor : Rizky Wahyu Permana | Contributor : Darmadi Sasongko | Kamis, 23 Agustus 2018 01:32

Merdeka.com, Malang - Bak sebuah pawai karnaval, anak-anak, remaja hingga orang dewasa ikut larut dalam kegembiraan berkeliling kampung. Peserta arak-arakan sebagian menyertakan hewan ternak turut dalam perjalanan penuh euforia tersebut.

Tangan mereka memegang erat tali ikatan, sementara bersamaan yang lain mengiringi di belakang kambing. Sebanyak 64 ekor kambing diarak dengan diiringi gema kumandang suara takbir.

Ya bukan sedang berkarnaval, tetapi Warga Jalan Gatot Subroto Gang 2, Kelurahan Temenggungan, Kota Malang sedang mengajak kambing-kambing yang hendak menjadi hewan kurban untuk sejenak bergembira keliling kampung.

Syiar pawai kurban yang diberi tema Euforia Temenggungan tersebut sudah menjadi tradisi yang dijalankan setiap tahun. Ulama setempat telah mengajarkan yang kemudian sudah 42 tahun melekat menjadi tradisi.

Begitu selesai salat Idul Adha, warga mengajak kambing atau ternak yang hendak dikurbankan berkeliling kampung. Rute perjalanannya sudah ditentukan, sebelum kemudian disembelih dan dagingnya dibagikan kepada masyarakat yang berhak.

Hewan Kurban diarak keliling kampung di Temenggungan
© 2018 merdeka.com/Darmadi Sasongko

 

Hewan kurban yang diajak berkeliling, dipercaya darahnya keluar dengan lancar dan segar saat disembelih.

"Alasannya agar darah di hewan kurban bisa keluar dengan lancar saat disembelih. Ini syiar dari ulama leluhur kami," kata Ainul Yakin, Ketua Panitia Kurban di Kelurahan Temenggungan, Kota Malang, Rabu (22/8).

Kata Yakin, rute yang dilalui di antaranya Jalan Gatot Subroto, Jalan Ariesmunandar, Jalan Zainul Arifin, Jalan KH Ahmad Dahlan dan kembali ke Jalan Gatot Subroto.

Tahun ini jumlah kurban sebanyak 64 ekor kambing dan 4 ekor sapi dari warga setempat. Daging kurban direncanakan akan dibagikan pada warga sekitar, dengan mengutamakan fakir miskin dan anak yatim.

Yakin juga mengatakan, pawai tahun ini berbeda karena bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-73 RI. Pawainya dibuat semarak serupa dengan karnaval Agustusan.

"Karena momentumnya juga bertepatan dengan Hari Kemerdekaan. Sebagian membawa membawa spanduk dan bendera, bahkan kembang api atau flare," katanya.

Selain bertakbir, warga juga melantunkan shalawat badar serta lagu kebangsaan. Sepanjang rute perjalanan masyarakat menyaksikan pawai dan mencoba mengabadikan dengan ponsel.

PILIHAN EDITOR

(RWP) Laporan: Darmadi Sasongko
  1. Malang dalam Cerita
  2. Kota Malang
  3. Idul Adha
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA