1. MALANG
  2. KABAR MALANG

Kemenangan Sutiaji di Pilwali Kota Malang dan mitos periode 2-1-2 

Pada dunia politik Kota Malang terdapat mitos periode 2-1-2 yang menyangkut masa jabatan seorang wali kota.

©2018 Merdeka.com Editor : Rizky Wahyu Permana | Contributor : Darmadi Sasongko | Senin, 02 Juli 2018 10:36
Konon kemenangan Jerman atas Argentina dengan skore 1-0 tahun 2014, mematahkan mitos bahwa juara Piala Dunia selalu giliran berselang-seling antara Eropa-Amerika Latin-Eropa. Saat itu juga, mitos dianggap gugur, lantaran juara sebelumnya tahun 2010 adalah Spanyol yang juga sama-sama negara Eropa.
 
Dunia politik di Kota Malang pun mengenal 'Mitos 2-1-2', yang artinya wali kota dalam menjabat memiliki periodesasi yang berselang-seling. Jika sebelumnya sudah menjabat 2 kali periode, maka periode berikutnya hanya akan menjabat 1 kali masa jabatan saja, begitu selanjutnya.
 
Kurniawan Muhammad, seorang wartawan senior di Kota Malang mengatakan, 'Mitos 2-1-2' tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, kendati secara empirik ditemukan dalam periodesasi walikota Malang sepanjang sejarah selama ini.
 
"Walikota sebelum-sebelumnya itu 2 kali periode, habis itu 1 kali periode. Pak Peni Suparto termasuk yang 2 kali periode, setelah Pak Peni dilanjutkan Abah Anton, itu 1 kali periode. Ternyata betul 1 periode," kata Kurniawan Muhammad usai berbicara dalam diskusi Peta Politik Paska Pilkada di Kota Malang.
 
Kata Kum, demikian biasa dipanggil, untuk merangkai sebuah fakta tidak bisa dilepaskan dari teori dan empirik. Kalau teori lebih pada referensi, sementra empirik lebih pada fakta yang terjadi di lapangan.
 
"Mitos 2-1-2 ini lebih banyak empiriknya," tegasnya.
 
Secara berurutan mundur periodesasi jabatan para walikota Malang berlaku rumus 2-1-2, dengan masa jabatan yang berbeda sesuai masanya. Periode masa reformasi terdiri dari Moch Anton (2013- 2018), Peni Suparto (2003-2013) dan HM Suyitno (1998-2003).
 
Walikota sebelum Reformasi sesudah Kemerdekaan:  HM Soesamto (1988-1998), Tom Uripan (1983-1988), Soeprapto (1983-1983), Sugiono (1973-1983) dan R Indra Soedarmadji (1968-1973), M.Ng Soedarto (1966-1968), Koesno Soeroatmodjo (1958-1966), M Sadjono Wiryohardjono (1945-1958) dan Soewarso Tirtowijoga (1942-1945). 
 
Periode sebelum 1945 terdiri dari Raden Adipati Ario Sam (1942-1945), JH Boerstra (1936-1942), Ir Lakemar (1933 - 1936), Ir Voorneman (1929-1933), HI Bussemaker (1919-1929), JJ Coert (1918-1919) dan FL Broekveldt (1914-1918).
 
Perlu diketahui, yang membuat pemimpin sebelumnya atau Abah Anton tidak bisa dua kali periode, karena faktor hukum yang menjeratnya. Sementara Sutiaji yang masuk dalam lingkaran kekuasaan saat itu diuntungkan dengan proses hukum yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
 
"Apakah Sutiaji terlibat (sehingga nanti mengganggu masa jabatannya) kita tidak tahu, kenyataannya (sampai sekarang) tidak," katanya.
 
Selain itu juga sedang terjadi krisis figur di partai politik, sehingga tidak muncul calon yang tangguh yang menjadi alternatif. Sebelumnya dikenal Peni Suparto yang dinilai sebagai figur kuat di PDIP, tetapi karena dua periode memimpin akhirnya tidak bisa mencalonkan kembali.
 
"Mesin politik tidak lepas dari figur, sementara di Kota Malang tidak ada figur yang kuat. Pak Wanedi (pendamping Abah Anton) bukan figur yang kuat. Pasca Pak Peni, tidak ada figur kuat lagi dari PDIP," tegasnya.
 
Kasus hukum dan krisis figur di partai politik menjadikan mitos 2-1-2 hingga saat ini pun tidak terbantahkan. 
 

Diskusi Peta Politik Paska Pilkada di Kota Malang
© 2018 merdeka.com/Darmadi Sasongko

Jika mitos masik berlanjut, maka Sutiaji 'kejatuhan' angka 2 yang artinya akan 2 kali periode menjabat walikota Malang. Baik secara jejak maupun logika politik, sangat mungkin mantan walikota Malang itu akan kembali mencalonkan diri di periode berikutnya. Kendati masih sangat dini untuk berbicara ke sana.
 
Kata Kum, Sutiaji bisa saja menjadi figur kuat sebuah partai dan menjalankan mesinnya untuk jabatan periode keduanya. Dua mesin besar yang potensial, menurut Kum adalah PDIP atau PKB.
 
"Sutiaji butuh kendaraan untuk memperkuat hegemoninya. Kendaraan menurut saya ada 2, PKB atau PDIP. Dia sempat komunikasi politik dengan PDIP, PDIP butuh figur untuk menggerakkan mesih politiknya," tegasnya.
 
PDIP juga akan melihat portofolio Sutiaji sebagai walikota terpilih dan memungkinkan dua periode di lima tahun mendatang. Selain itu juga akan berfungsi untuk mengamankan kebijakannya di dewan. Sementara Partai Demokrat sebatas partai yang mengusung, termasuk Partai Golkar. 
 
"Jadi bukan semata-mata untuk maju di periode berikutnya, tetapi lima tahun ini harus lancar dulu dalam membuat kebijakan-kebijakan," terangnya.
 
Sementara, Mahatva Yoga, Direktur Adiwangsa Research and Consultant berpendapat, trend elektabilitas Sutiaji terus naik. Jika dalam periode menjabat mampu menjangkau lapisan masyarakat dan memenuhi janji-janji politiknya, maka bukan tidak mungkin mendapat kepercayaan untuk periode kedua.
 
"Jika bisa memenuhi janji-janji politiknya, pasti akan jadi lagi. Politik tidak lepas dari proses. Dalam proses 5 tahun lagi, Sutiaji bisa menjalankan amanah, apalagi bisa menjalankan sistem tata kelola pemerintahan yang baik, dalam hal ini birokrasi mudah, pelayanan kesehatan dan sekolah mudah. Masyarakat Kota Malang bisa menjatuhkan pilihan kepada dia lagi," katanya.
 
Soal janji Sutiaji yang mengaku hanya akan menjabat satu periode, bagi Yoga sebagai gimmick politik saja. Kalimat itu sebagai komunikasi politik yang memang harus luwes sehingg menghadirkan simpati pemilihnya.
 
Tinggal saat ini Sutiaji membuktikan janji politik, baik kontrak politik dengan partai pengusung maupun kepada kelompok masyarakat yang sudah memuluskan langkahnya sebagai walikota.
 
"Selama Partai Demokrat tidak mencalonkan Sutiaji di 2023, maka bisa saja. Dia akan diuntungkan dengan posisinya sebagai incumbent," teganya.
 
Djoko Prihatin, Pengurus Partai Golkar Kota Malang membenarkan adanya pernyataan Sutiaji akan menjabat satu periode saja. Tetapi hal itu dinilai sebagai sebuah komunikasi politik. 
 
"Saya melihatnya itu komunikasi. Kita belum melihat fleksibelitasnya seperti apa, tetapi sebagai partner selalu siap, dan komunikasi dan waspada. Kita euforia kemenangan dulu. Bisa ya dan bisa tidak," ungkapnya.
 
Tentu dalam memerintah Kota Malang, nantinya akan lebih intens berkomunikasi agar dapat bekerja lebih baik. Tetapi, kata Djoko, hingga saat ini memang belum melakukan banyak lobi-lobi politik dengan partai lain.
 
Seiring sejarah, mitos  bergulir dan bahkan sebagian mempercayainya. Selama belum ada yang mematahkan, mitos akan tetap menjadi mitos. 
 
Tetapi, jika suatu saat nanti ada fakta yang mematahkan, berarti mitos itu salah, serupa dengan kemenangan Jerman di Piala Dunia 2014. Sejak saat itu mitos juara dunia selang-seling antara Eropa-Amerika Latin-Eropa gugur.
 
Mitos itu believe or not, bisa dipercaya tetapi tidak bisa dijadikan patokan. Periodesasi 2-1-2 itu memang mitos, kalau mitos itu benar, Sutiaji berarti akan 2 kali periode. Kita tunggu 2023!.
 
(RWP) Laporan: Darmadi Sasongko
  1. Politik
  2. Sutiaji
  3. Malang dalam Cerita
  4. Kota Malang
  5. Pilwali 2018
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA