Perempuan baruh baya itu mengumpulkan botol-botol air mineral yang menurutnya jenis sampah paling banyak ditinggalkan pengunjung.
Merdeka.com, Malang - Pemandangan Gunung Bromo begitu eksotik saat disaksikan dari Bukit Penanjakan. Bak sebuah lukisan. Tampak Gunung Batok di tengah berjajar Gunung Bromo di sisi kiri yang seolah dipeluk erat Gunung Semeru nan jauh.
Ketika pagi hari menjelang, sunrise pun muncul menyinari ketiga 'paku bumi' dan perbukitan sekitar. Satu sisi menyemburatkan warna kekuningan dan kehitaman di sisi cekungan.
Pengunjung pun seolah enggan beranjak dari lokasi, asyik menikmati keindahan ciptaan Tuhan yang luar biasa itu. Bersamaan ketiga gunung pun terkepung awan putih yang sela-selanya bermunculan tonjolan bukit.
Tetapi ketika Perlahan-lahan awan menghilang, berganti pemandangan padang pasir nan luas, seketika tampak di kejauhan manusia yang terlihat sebesar jempol tangan bergerak menuju kawah Gunung Bromo. Sebagian wisatawan beralih menikmati padang pasir menuju puncak kawah Gunung Bromo.
Bersamaan itu pula, Ponasri mulai memunguti sampah-sampah yang ditinggalkan oleh para wisatawan. Perempuan baruh baya itu mengumpulkan botol-botol air mineral yang menurutnya jenis sampah paling banyak ditinggalkan pengunjung.
"Paling banyak botol air minum. Padahal sudah diberi papan peringatan untuk membuang di tempat sampah," kata Ponasri yang berselimut sarung khas Suku Tengger, sambil memunguti botol di tempat duduk berundak.
Ponasri memang tidak henti-hentinya mengajak pengunjung membuang sampah sesuai tempatnya. Ia tidak segan mengingatkan pengunjung untuk membuang ke bak sampah yang sudah disediakan, sebelum meninggalkan lokasi.
Tidak jarang, wisatawan yang diingatkan salah paham dan balik memarahinya. Tetapi itu tetap tidak memupuskan pekerjaannya untuk menjaga kebersihan Bukit Penanjaan dari sampah.
"Ya sering, tetapi diambil ikhlasnya saja," kata Ponasri yang saat itu didampingi anak keduanya, Dwi.
Setiap hari, Ponasri datang ke Bukit Penanjaan pada tengah malam, seiring kedatangan wisatawan. Karena secara bergantian temannya, juga harus menjaga kamar mandi yang disewakan.
Ibu dua anak dan satu cucu itu akan meninggalkan Bukit Penajakan sekitar pukul 06.30 WIB, saat wisatawan mulai beranjak. Sebelum pulang, terlebih dahulu memastikan kalau sudah tidak ada lagi sampah berceceran.
Selama puluhan tahun bertugas, Ponasri merasakan kalau wisatawan lokal lebih banyak tidak mematuhi peraturan dibanding wisatawan asing. Rata-rata yang meninggalkan sampah, mereka para wisatawan lokal.
"Mereka (wisatawan asing) dibawa dimasukkan tas, tidak sampai meninggalkan sampah, atau dimasukkan ke tempat sampah," katanya.
Tidak hanya urusan membuang sampah, larangan merokok juga tidak jarang dilanggar pengunjung, kendati telah dipasang papan peringatan. Ponasri pun tetap bersikap sama, berusaha mengingatkan demi menjaga kenyamanan dan keindahan Gunung Bromo.