1. MALANG
  2. KABAR MALANG

Mendikbud: Saya diisukan akan menghapus bahasa lokal, itu ngawur

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy membantah akan menghapus bahasa lokal atau bahasa daerah di sekolah.

©2018 Merdeka.com Editor : Rizky Wahyu Permana | Contributor : Darmadi Sasongko | Senin, 13 Agustus 2018 10:43

Merdeka.com, Malang - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy membantah akan menghapus bahasa lokal atau bahasa daerah di sekolah. Justru, lewat kebijakannya itu diharapkan banyak orang memahami, bahkan bisa menjadi penutur sehingga tidak punah ditelah zaman.

"Kemarin saya diisukan, akan menghapus bahasa lokal, itu ngawur, enggak benar, justru malah bahasa lokal itu mau kita himpun di dalam suatu bagian dari muatan lokal," kata Muhadjir Effendy di Malang, Minggu kemarin.

Muhadjir mengatakan, nantinya diusahakan antarkelompok di masyarakat yang masih menggunakan bahasa sendiri-sendiri bisa terbuka, bisa berkomunikasi dengan satu sama lain. Terutama di wilayah yang masih banyak sekali menggunakan bahasa lokal.

Ada provinsi tertentu yang bahasa lokalnya mencapai 300 bahasa lokal, tetapi penggunanya tidak sampai seribu per bahasa. Sehingga secara eksklusif digunakan yang dari sisi kumunikasi dapat menimbulkan persoalan sosial.

"Bisa dibayangkan bagaimana ada bahasa dipakai hanya 1.000 orang. Makanya harus dibesarkan, dijadikan mata pelajaran lokal sehingga bisa dikenalkan masing-masing ke kelompok lain," katanya.

Satu sekolah tidak hanya satu bahasa daerah saja, di daerah itu dikenalkan juga dengan bahasa-bahasa yang digunakan di lokal tersebut. Sehingga satu sama yang lain, saling mengerti, jangan sampai terjadi kesalahpahaman, terjadi konflik, perang antarkelompok gara-gara bahasanya berbeda dan salah pengertian.

"Itu yang memicu konflik. Tetapi nanti kalau itu dijadikan satu bahan muatan lokal, satu sama lain akan mengenal," tegasnya.

"Jadi tidak betul. Sekali lagi saya tidak menghapus, juga tidak menyederhanakan. Malah diperbesar penggunannya, jadi penuturnya itu jangan hanya terbatas di kelompok itu, kelompok lain harus mengenal juga agar komunikasi berjalan dengan baik," jelasnya.

Saat ini Kepala Pengembangan Bahasa diminta Mendikbud segera menyusun rencana, terutama untuk wilayah-wilayah tertentu yang memiliki bahasa lokal sangat banyak. Kata Muhadjir, relatif tidak terjadi persoalan di kota-kota besar, tetapi di daerah tertentu butuh perhatian.

"Itu yang mau kita perbesar penggunanya, penuturnya, agar hisa saling komunikasi untuk menghindari konflik," katanya.

Mendikbud memperkirakan lebih dari seribu bahasa lokal di seluruh Indonesia, tetapi hasil inventarisir dari Dawan Bahasa sudah 600 lebih bahasa lokal. Sedangkan versi pemerintah menyebutkan 744 bahasa lokal.

"Banyak yang punah, justru ini dimaksudkan jangan sampai nanti punah. Karena penuturnya sedikit tadi itu, lama-lama ditinggalkan, menggunakan bahasa lain. Karena kesulitan komunikasi ketika dengan orang luar, makanya luruh oleh bahasa lain," jelasnya.

PILIHAN EDITOR

(RWP) Laporan: Darmadi Sasongko
  1. Pendidikan
  2. Kota Malang
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA