1. MALANG
  2. KABAR MALANG

Mahasiswa UB ubah limbah ikan layang jadi pupuk alga

Memanfaatkan limbah pengolahan ikan layang, empat mahasiswa UB ini bikin pupuk alternatif mikroalga.

Ilustrasi Ikan Layang. ©2017 Merdeka.com Reporter : Siti Rutmawati | Rabu, 07 Juni 2017 08:47

Merdeka.com, Malang - Pengolahan limbah tampaknya tengah menjadi incaran hangat para peneliti muda di Malang, khususnya mahasiswa di Universitas Brawijaya. Kali ini, tim penelitian yang digawangi empat mahasiswa ini, memanfaatkan limbah cair pengolahan ikan layang sebagai bahan baku pupuk alga.

Dilansir dari Prasetya Online UB, data Ditjen Perikanan tahun 2007 menunjukkan bahwa ikan layang merupakan jenis ikan laut yang memiliki produksi perikanan tangkap tertinggi pada 2006. Yakni, mencapai angka 52 persen dari hasil seluruh hasil tangkapan, yaitu sekitar 2.323.365 ton.

Pengolahan ikan layang terbesar terdapat di Muncar, Banyuwangi. Tak heran, jika daerah tersebut juga menghasilkan limbah cair pemindangan yang melimpah. Untungnya, limbah cair ini dapat dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan mikroalga.

Mengenal mikroalga, ini merupakan mikroorganisme autotrof yang memanfaatkan energi, cahaya dan nutrisi anorganik. Sehingga, mikroalga dapat dimanfaatkan dalam beberapa bidang, seperti pakan alami ikan dan udang, bidang bioteknologi, farmasi, agrikultur, dan lingkungan.

Sementara itu, harga pupuk (PA) Pro Analisis yang cukup mahal, menimbulkan permasalahan baru dalam kultur mikroalga, khususnya Dunaliella sp. Harga pupuk (PA) walne saja berkisar Rp. 500-1000 /mL. Jikapembudidayaan mikroalga dengan volume 1 ton, maka biaya produksi untuk menghasilkan mikroalga mencapai Rp 1 juta.

Sehingga, diperlukan pupuk alternatif yang lebih ekonomis, namun tetap mampu memenuhi kebutuhan nutrisi mikroalga, termasuk Dunaliella sp. Pupuk alternatif, yakni pupuk organik yang terbuat dari limbah hasil pengolahan ikan, khususnya ikan layang dipandang mampu menjadi solusi permasalahan itu. Pasalnya, limbah ikan layang mengandung Fe (besi) sebesar 45 persen. Sehingga, berpotensi digunakan sebagai pupuk alternatif dalam proses kultur Dunaliella sp.

Fe(besi) dalam pemupukkan mikroalga merupakan unsur mikronutrien yang penting dalam regulasi metabolisme sel dan jika kekurangan Fe akan menekan pertumbuhan sel. Selain itu, Fe juga berperan sebagai pigmentasi, karbohidrat, lemak, protein dan enzim.

Tim penelitian mahasiswa yang digawangi Shilvia Astryanti, Okki Putriani, Arulia Zalni, dan Imanuddin Nur Rahman), menawarkan solusi untuk polemik itu melalui BioFeLa. Yakni, inovasi pupuk organik alternatif berbahan dasar limbah cair pengolahan ikan layang. BioFeLa sendiri merupakan hasil riset penelitian PKM lima bidang yang didanai Kemristekdikti tahun 2017.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai dosis pupuk layang terbaik dalam kultur mikroalga, baik air tawar maupun laut. Yakni, dengan memanfaatkan limbah cair pengolahan ikan layang yang sebelumnya telah melewati berbagai macam tahap filtrasi dan fermentasi limbah. Sehingga, lahirlah pupuk organik mikroalga yang ramah lingkungan. Pupuk ini dapat meningkatkan pertumbuhan serta kandungan gizi dari mikroalga, yakni beta karoten, biomass, protein dan klorofil.

PILIHAN EDITOR

(SR)
  1. Universitas Brawijaya
  2. Mahasiswa
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA