1. MALANG
  2. GAYA HIDUP

Sahawood, frame kacamata kayu kualitas ekspor karya mantan pecandu

Sahawood menjadi merek sebuah frame kacamata berbahan kayu yang sudah dijual ke luar negeri (ekspor).

Sadar Hati Wood (Sahawood). ©2017 Merdeka.com Editor : Siti Rutmawati | Contributor : Darmadi Sasongko | Rabu, 07 Juni 2017 10:27

Merdeka.com, Malang - Sahawood menjadi merek sebuah frame kacamata berbahan kayu yang sudah dijual ke luar negeri (ekspor). Sahawood sendiri singkatan dari Sadar Hati Wood, sebuah unit kegiatan milik yayasan rehabilitasi korban narkotika, Sadar Hati di Kota Malang.

Sahawood menempati sebuah rumah di Kecamatan Klojen, Kota Malang dengan aneka kegiatan produksi handmade berbahan kayu. Produk andalannya adalah frame kacamata kayu yang secara rutin sudah ekspor ke Inggris.

"Frame kacamatanya kontinue dikirim ke Inggris, Swiss dan Australia. Kalau yang lain-lain masih sesuai pesanan saja," kata Muhammad Tio Zainuri (Theo), Direktur Yayasan Sadar Hati Kota Malang, Selasa (6/6).

Frame kacamata tersebut juga dijajakan di Bali yakni di Seminyak, Ubud, Denpasar dan Canggu. Selain itu dijual secara online melalui media sosial.

Kata Theo, sebanyak 10 orang mantan pecandu terlibat dalam proses produksi frame kacamata. Selain itu, Sahawood juga mempekerjakan para perempuan untuk membuat tempat kacamata yang berbentuk tabung. Tempat kacamata terbuat dari bambu yang dibentuk tabung.

"Sembilan perempuan yang mengerjakan," katanya.

Proses pembuatan frame kacamata meliputi pemilihan bahan, yakni jenis kayu sono dan jati yang diambil dari bahan limbah atau sisa pakai. Kayu tersebut dioven dan dibentuk agar melengkung.

Sahawood juga memanfaatkan komponen rantai sepeda motor yang digunakan untuk pengait gagang kacamata. Sejak awal berusaha menggunakan bahan yang tidak terpakai. Sahawood memproduksi sekitar 20-25 frame per minggu dengan rata-rata sekitar 100 buah frame per bulan.

"Awalnya seorang tamu asal Inggris melihat sebuah display, kemudian kita diminta membuat. Kita pelajari, dengan mencari dampingan yang pernah belajar tentang perkayuan. Akhirnya ketemu mas Wahyu Hidayat dan Mario Bened," katanya.

Sementara Mario Bened, Manager Produksi, mengaku menguasai dunia perkayuan setelah belajar di dalam penjara. Ia mendapatkan keterampilan saat menjalani masa hukuman di Lapas Lowokwaru Malang.

Setelah keluar dari penjara dan aktif di Sadar Hati, mendapat tantangan untuk membuat frame kacamata berbahan kayu. Saat itu, seorang bule asal Inggris, memintanya mencoba membuat frame tersebut.

"Selama 6 bulan hanya bisa bikin satu untuk sample. Itupun masih 'hancur', engsel tidak bisa presisi dan finishing kasar," kata Banned.

Saat itu, Sadar Hati sebagai LSM juga tengah bersemangat untuk membuat usaha yang dapat menghidupi kegiatannya. Berbagai usaha pernah dicobanya, di antaranya budidaya lele dan sablon.

"Baru kemudian mendapat orderan frame kacamata dan dilink-an ke Inggris dan Australia," tegasnya.

Saat ini Sahawood mengaku kerepotan menerima orderan dengan tenaga yang terbatas. Karena tuntutan, Sahawood sedang proses membeli sebuah mesin asal China.

"Kemampuan produksi kecil, karena itu perlu didukung dengan mesin. Kita sudah beli mesin agar produksinya lebih cepat," pungkasnya.

PILIHAN EDITOR

(SR) Laporan: Darmadi Sasongko
  1. Bisnis
  2. Malang Kreatif
  3. Kota Malang
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA