Guncangan politik yang terjadi disebut para perajin rotan dapat menyebabkan usaha mereka turun dan bahan baku ikut naik.
Merdeka.com, Malang - Memasuki tahun politik, para perajin rotan di Balearjosari kota Malang berharap tak terjadi guncangan besar. Dilansir dari Liputan6.com, mereka berharap bahwa tidak muncul adanya isu politik yang menyebabkan usaha mereka ikut terdampak.
Ahmad Firdaus, seorang perajin rotan di Balearjosari, Kota Malang, mengatakan, usahanya cenderung turun turun dalam satu tahun terakhir ini lantaran situasi politik yang menyebabkan bahan baku ikut naik.
"Kan di mana–mana sering ada demonstrasi, mungkin banyak pelaku usaha dari luar negeri yang biasa ambil barang dari kami cenderung menunggu kondisi di Indonesia stabil," ujar Firdaus di Malang, Sabtu, 22 September 2018.
Pemilik Sakura Rotan ini mengaku omzet usahanya turun dalam setahun terakhir ini. Sebab, harga bahan baku rotan cenderung naik sejak beberapa bulan terakhir ini. Harga rotan yang diambil dari Surabaya misalnya, naik jadi Rp 38 ribu per kg dari semula Rp 37 ribu per kg.
Dampaknya, omzet usahanya dari rata–rata Rp 25 juta per bulan kini turun jadi Rp 20 juta per bulan. Situasi itu berbeda jika tak terlalu sering terjadi gejolak politik. Jika kondisi stabil, usahanya otomatis akan tetap positif.
"Dulu saat tak terlalu sering ada unjukrasa, usaha bisa tenang. Meski tak ada kenaikan, tapi kan tak sampai turun," ujar Firdaus.
Perajin rotan ini menghasilkan berbagai produk, mulai dari kursi, lampion, tempat tisu dan lain sebagainya. Hasil kerajinannya dikirim ke berbagai daerah seperti Surabaya, Bali maupun Jakarta. Sempat pula ekspor hingga ke negeri jiran Malaysia.
"Sekarang ekspor istirahat dulu, sedang sepi peminat. Tahun depan mungkin menjajagi ke luar negeri lagi," kata Firdaus.