1. MALANG
  2. KABAR MALANG

Gunakan pasir pantai, mahasiswa UB buat alat penyerap tumpahan minyak

Mahasiswa UB membuat inovasi berupa alat penyerap minyak berbahan smart material Silika Aerogel.

©2018 Merdeka.com Editor : Rizky Wahyu Permana | Contributor : Darmadi Sasongko | Rabu, 29 Agustus 2018 12:56

Merdeka.com, Malang - Pengolahan minyak dipastikan akan berdampak positif bagi perekonomian, tetapi bisa pula buruk bagi lingkungan bila terjadi tumpahan. Terlebih jika terjadi di laut yang akan menimbulkan kerusakan ekosistem laut.

Tumpahan minyak sendiri masuk dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), karena sifat dan konsentrasinya yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan hidup.

Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang membuat inovasi berupa alat penyerap minyak berbahan smart material Silika Aerogel. Tiga mahasiswa jurusan Teknik Kimia membuat silika aerogel berbahan dasar pasir laut.

"Pemilihan pasir laut sebagai bahan dasar pembuatan absorben silika aerogel, karena kandungan silikanya tinggi dan banyak terdapat di pantai-pantai Indonesia. Harganya pun murah dan terjangkau, sehingga memudahkan dalam penelitian kami," kata Bramantya mahasiswa Teknik Kimia 2016, Ketua Tim di Universitas Brawijaya Malang, Senin (27/8).

Pasir laut dipilih, kata dia, karena kandungan silika di pasir laut di Indonesia cukup tinggi. Kandungan silikannya bisa mencapai lebih dari 60% dari seluruh kandungan pasir.

Silika aerogel sebagai absorben karena mempunyai sifat hidrofobik yaitu cenderung menolak air dan oliofilik yang cenderung menyerap minyak. Aerogel dapat meyerap minyak di air laut alih-alih airnya tidak terserap.

Karya kreatif tersebut menggunakan TEOS (Tetraetilortosilikat) sebagai pemodifikasi permukaan aerogel. TEOS akan mengubah permukaan aerogel menjadi non-polar sehingga akan menolak senyawa-senyawa polar seperti air dan menyerap senyawa-senyawa non-polar seperti minyak.

Hasil dari penelitian ini didapat silika aerogel dengan sifat hidrofilik dengan sudut kontak air rata-rata di atas 140 dan dapat menyerap minyak di atas 10 g/g silika aerogel.

Selama ini, Kata Bramantya metode paling umum menghilangkan tumpahan minyak di laut adalah insitu burning yakni membakar minyak langsung di laut. Tetapi metode itu tidak menyelesaikan masalah, bahkan menambah polusi udara.

"Ke depannya kami berharap penelitian ini dikembangkan dan bisa diterapkan di lapangan langsung tidak hanya di laboratorium saja, sehingga bisa mengatasi permasalahan tumpahan minyak secara efisien dan tidak menyebabkan permasalahan yang lain," ujar Losendra Primamas Yonando (Teknik Kimia 2016) didampingi Muhammad Rifaldi (Teknik Kimia 2017), anggota tim.

PILIHAN EDITOR

(RWP) Laporan: Darmadi Sasongko
  1. Kampus
  2. Teknologi
  3. Universitas Brawijaya
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA