Selain karena profesi sampingannya sebagai pemulung, Bripka Seladi juga mudah dikenali dari sepeda putih yang selalu digunakannya sehari-hari.
Merdeka.com, Malang - Kesan sederhana tidak bisa lepas dari Bripka Seladi (58), polisi yang berprofesi sampingan sebagai pemulung. Selain karena profesi sampingannya tersebut, pria yang sehari-hari bertugas di unit Pelayanan SIM Polresta Malang ini juga selalu ditemani oleh sepeda onthel putih ketika dia berdinas.
Dilansir dari Merdeka.com, sepeda onthel putih tersebut merupakan kendaraannya sehari-hari untuk berangkat dan pulang kerja. Hal itu lah yang membuat sosok polisi satu ini semakin sederhana dan jauh dari kesan mewah.
"Pukul 05.00 WIB sudah berangkat dari rumah. Pakai sepeda onthel putih itu," kata Seladi di Jalan Dr. Wahidin, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Rabu (18/5).
Seladi tinggal di jalan Gadang gang 6 nomor 44, kota Malang. Jarak dari rumah Seladi ke Mapolresta Malang sekitar lima kilometer sehingga dia selalu berangkat cukup pagi. Setiap pukul 06.00, dia harus mengikuti apel di Mapolresta baru kemudian menuju lokasi jaga sesuai jadwal.
Ketika ditemui Merdeka.com pada rabu (18/5), Seladi mendapatkan giliran berjaga di depan kantor Telkom Blimbing. Pada pukul 06.30, dia sudah berada di lokasi jaga.
Selama sekitar 1,5 jam jaga, Seladi mengatur arus dan sesekali menyebrangkan pejalan kaki. Beberapa kali Seladi pun memberi pengarahan tentang bahayanya jika terjadi kecelakaan terutama pada pengendara yang tidak menggunakan helm.
Selain sederhana, Seladi juga cukup ramah dan banyak dikenal warga Malang. Beberapa pengendara melambaikan tangan atau membunyikan klakson di depan Seladi, sekedar untuk menyapanya saat jaga.
"Saya sudah tahu saat Pak Seladi bertugas di Gadang. Dia selalu pakai sepeda itu. Dia sangat sederhana," kata seorang warga di sekitar Masjid Sabilillah, Blimbing, Kota Malang.
Seladi tinggal bersama istrinya, Ngatiani, tiga anaknya dan mertuanya di Jalan Gadang Gang 6 Nomor 44, Kota Malang. Rumah itu milik sang mertua.
Tiga anak Seladi itu adalah Dina Afritasari yang kini sudah bekerja di rumah sakit sebagai tenaga farmasi, Rizaldy Wicaksono baru lulus kuliah D2, dan Neni Winarti baru duduk di kelas 2 SMA.
Untuk menambah penghasilan, sejak 2006 Seladi juga memulung sampah. Sejak 2008 untuk menyimpan dan memilah sampahnya, Seladi menggunakan sebuah rumah yang dipinjami oleh kawannya di wilayah jalan Dr. Wahidin.
Kerja sebagai pemulung, diakui Seladi, sebagai sebuah berkah yang memberi tambahan penghasilan dalam hidupnya. "Saya kerja apa saja mau. Intinya saya cari yang barokah. Orang lain menanggapi buruk, saya tidak tanggapi," tutup Seladi.