Japung ini dapat dikatakan merupakan proyek jangka panjangnya karena kegiatan akhir dari jaringan ini adalah untuk membuat sebuah kegiatan seni dan budaya yang tidak hanya berhenti hingga sebatas festival saja namun dapat berkesinambungan hingga anak cucu. Salah satu langkah awal untuk mengembalikan gairah budaya lokal ini adalah dengan mengadakan sebuah festival budaya kampung yang dapt menjadi momentum sebagai 'hari raya kebudayaan'
Selain itu dalam pelaksanaanya, Japung Nusantara juga menghubungkan berbagai desa serta tokoh dari lintas ilmu untuk lebih mengembangkan kampung dan menghubungkan satu sama lain. Berbagai ide serta kegiatan dari kampung ini kelak akan ditampilkan dalam website resmi mereka serta pada website Japung Nusantara.
Cara ini dipilih Redy agar dapat berbagi ide secara ideal dan menghilangkan rasa tidak mau kalah antara satu kampung dengan kampung lain. Umumnya dia melihat bahwa sering ada usaha pengkotak-kotakkan daerah serta tidak mau kalah dengan tempat lain yang berakibat disimpannya sebuah ide agar tidak ditiru.
"Tapi saya lihatnya gini ya, semakin sebuah ide disimpan maka jadinya masyarakatnya akan semakin tidak kreatif," kata Redy.
"Oleh karena itu lah di Japung ini dikatakan bahwa Kampung sebagai lumbung ide, jadi satu ide dari kampung-kampung ini bisa berbagi dan tersebar," sambungnya.
Hasil dari usaha yang dilakukannya ini sudah mulai dilakukan oleh berbagai kampung terutama di Malang. Belakangan ini semakin banyak kampung yang memunculkan identitas mereka serta melaksanakan berbagai festival untuk menghidupkan lagi kampung mereka, sebut saja Kampung Claket, Kampung Glintung, Kampung Glintung, serta berbagai kampung lainnya.
"Nah, simpul-simpul kampung yang terjahit melalui Japung ini nanti akan berkumpul dan bisa membuat nilai tawar kampung akan muncul," jelasnya.
Dengan semakin meningkatnya kegiatan dan jati diri kampung, Redy berharap bahwa seseorang dapat saling tersambung dengan kampung lain dan merasa tempat tersebut layaknya rumah sendiri. Pada tujuan akhir, stigma masyarakat kampung sebagai masyarakat kelas dua dan terbelakang juga dapat terkikis secara perlahan.
Selain Japung Nusantara, Redy juga memiliki sebuah kegiatan yang lebih bersifat seni namun dengan tujuan yang tak kalah agung-nya. Dia juga menggagas Festival Dawai Nusantara untuk membangkitkan lagi dawai sebagai salah satu instrumen khas Nusantara. Kegiatan ini adalah untuk lebih mengenalkan beragam instrumen dawai yang ada pada masyarakat lebih luas.
Kini dia sedang mempersiapkan gelaran kedua dari festival ini yang akan dilaksanakan pada 12-14 agustus 2016. Pada gelaran kedua ini, dia memiliki sebuah senjata baru yaitu relief seseorang bermain dawai yang tampak di Candi Jago. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen ini sebenarnya telah dikenal cukup lama di wilayah Malang.
"Tujuan akhir dari kegiatan ini adalah untuk menjadikan dawai sebagai destinasi bunyi. Jadi inginnya adalah seperti suara sitar yang sudah sangat khas dengan India, maka nanti banyak orang akan tahu suara dawai tertentu berasal dari mana. Contohnya ketika dengar suara sapek maka orang akan langsung ingat Kalimantan," jelasnya.
Walau memiliki tujuan besar yang ingin dicapainya, namun ternyata Redy juga menyimpan keinginan lain yang tidak kalah besarnya. Dia menyatakan bahwa tujuan akhirnya adalah untuk membuat sebuah Dawai Institute untuk mempelajari lebih dalam mengenai musik dawai, pada bidang kampung, Redy berharap bahwa peran kampung lebih dikuatkan dengan keterlibatan Karang Taruna secara lebih strategis.
"Kalau mengenai Malang, saya berharap di sini bisa jadi kawah Candradimuka bagi penggiat apapun sebagai sebuah kota sumber ide," jawabnya ketika ditanya mengenai hal yang masih ingin dilakukannya.
Ketika ditanya mengenai arti Merdeka baginya, Redy menjawab dengan cukup tegas dan konkret.
"Merdeka adalah menjadi manusia yang tidak terbebani dengan ekspektasi dirinya dan di luat dirinya serta yang penting harus bahagia," tandasnya.
Redy Eko Prastyo adalah seorang #PejuangMerdeka dari Malang yang ingin mempopulerkan lagi dawai sebagai instrumen Nusantara serta membangkitkan peran kampung pada masyarakat modern. Sebagai seorang pejuang, Redy berharap bahwa hal yang dicita-citakannya ini kelak dapat terwujud dan dinikmati oleh anak cucunya.