Kreatif, sekelompok mahasiswa FTP-UB ini manfaatkan limbah pisang jadi plastik ramah lingkungan.
Merdeka.com, Malang - Siapa tak kenal dengan pisang. Buah dari suku Musaceae ini memang memiliki rasa yang lezat dan menyimpan banyak manfaat bagi kesehatan. Hanya saja, sebagian masyarakat hanya menggunakan daging buah pisang, sehingga kulitnya hanya menjadi limbah belaka.
Berpikir kreatif, peluang ini justru dimanfaatkan oleh sekelompok mahasiswa asal Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya. Berpartisipasi dalam Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) Bidang Penelitian, tim penelitian yang terdiri dari lima orang ini memanfaatkan limbah pisang menjadi plastik yang dinamakan Bioplastik Kulit Pisang (Biokuping).
Mencoba sodorkan solusi terkait permasalahan plastik dan limbah pisang yang sangat dekat dengan masyarakat, menjadi dasar pemikiran lahirnya Biokuping ini. Mengingat, plastik merupakan bahan penting yang dimanfaatkan dalam kegiatan industri maupun rumah tangga. Sayangnya, produk berbahan plastik menyimpan dampak buruk bagi lingkungan, lantaran tidak dapat terdegradasi secara alami. Sementara itu, limbah pisang (kulit pisang) pun sering luput dari perhatian masyarakat. Sebagian besar masyarakat masih membuang sia-sia kulit pisang, tanpa menyadari potensi manfaat yang terkandung di dalamnya.
Dilansir dari Prasetya Online Universitas Brawijaya, Rizki Septian Candra, salah satu anggota tim penelitian menuturkan, pemilihan kulit pisang sebagai bahan baku karena limbah ini banyak ditemukan di masyarakat, khususnya limbah pisang nangka. Selain Rizki, penelitian ini juga digawangi oleh empat mahasiswa lainnya. Yakni, Himawan Auladana, Sellyan Lorenza Orlanda Putri, Abis Rinaldi dan Neno Retnowati.
"Limbah kulit pisang nangka tersebut kurang dimanfaatkan dengan baik dan kebanyakan dijadikan makanan ternak. Padahal kulit pisang nangka memiliki kandungan pati yang cocok digunakan untuk pembuatan bioplastik dan tergolong limbah organik sehingga mudah terurai," papar Rizki.
Lebih lanjut, Rizki menjelaskan terkait proses pengolahan limbah pisang menjadi Biokuping. Penguraian Biokuping, kata Rizki, menggunakan bakteri tertentu yang dapat menghasilkan enzim pengurai. Enzim ini berfungsi memecah ikatan zat kimia.
"Bakteri ini juga berfungsi melarutkan fosfat yang terikat dalam mineral tanah menjadi senyawa yang dapat diserap tanaman. Juga membantu dekomposisi, dan mengurai residu pestisida di dalam tanah," jelasnya.
Selain pati pisang, tim penelitian di bawah bimbingan Suprayogi Ph.D ini juga menambahkan c0-enzim Biotin pada bakteri tersebut. Kata Rizki, Biotin merupakan vitamin yang larut dalam air. Penambahan ini bertujuan untuk membantu pertumbuhan mikroorganisme, sehingga jumlah bakterinya akan meningkat. Dengan demikian, bakteri menjadi lebih aktif saat mengurai limbah plastik Polystrena secara komersil.
Lebih lanjut, hasil penelitian menyebutkan bahwa tambahan bakteri dan biotin dapat tergradasi sebesar 74,23 persen. Sedangkan bioplastik tanpa penambahan bakteri dan biotin baru, dapat terdegradasi 10 persen dalam waktu 2 bulan.
"Sehingga kami menyimpulkan penguraian bioplastik dengan tambahan akan meningkatkan efisiensi waktu urai," tandasnya.