1. MALANG
  2. GAYA HIDUP

Kayutangan, jalan legendaris Malang yang kini tergilas zaman

Sempat menjadi pusat perdagangan dan jalan utama di masa lalu, Kayutangan kini berangsur mulai memudar kegemilangan dan sejarahnya.

©2016 Merdeka.com Reporter : Rizky Wahyu Permana | Selasa, 08 November 2016 19:37

Merdeka.com, Malang - Selain jalan Ijen, kota Malang memiliki seruas jalan lain yang tidak kalah legendarisnya dan tak dapat dipisahkan dari sejarah kota ini. Jalan ini bahkan memiliki usia yang sudah lebih tua dari jalan Ijen dan merupakan akses utama ke pusat kota Malang. Hingga saat ini, jalan ini tak pernah sepi dan selalu dilewati oleh lalu lalang pengendara. Jejak-jejak lawas masih dapat dinikmati di jalan ini walaupun sudah muali banyak bangunan kuno yang dirubuhkan. Ya, jalan ini adalah jalan Kayutangan atau yang kini disebut juga sebagai jalan Basuki Rachmad.

Kayutangan pada masa lalu merupakan pusat pertokoan sejak era Hindia Belanda. Berada di sebelah utara alun-alun kota Malang, jalan ini merupakan penghubung utama antara wilayah Malang yang sudah mulai berkembang di medio akhir 1800-an dengan berbagai daerah di sebelah utaranya seperti Surabaya atau Pasuruan. Di daerah ini pada masa-masa awal pendirian kota Malang juga dilintasi oleh jalur tram yang menghubungkan berbagai tempat di kota Malang.

Sebelum dikenal sebagai nama Kayutangan, jalan yang cukup legendaris ini pernah disebut sebagai jalan Pita sebelum kembali jadi Kayutangan dan belakangan ini berubah nama lagi menjadi jalan Basuki Rachmad. Wilayah Kayutangan ini bermula dari pertigaan Oro-oro Dowo depan PLN hingga memanjang ke selatan hingga persis sebelah utara alun-alun.

Kayutangan tempo dulu
© tropenmuseum.nl/Tropen museum

Terdapat beberapa sumber yang menjelaskan asal nama yang unik dari Kayutangan ini. Ada yang menyebutnya berasal dari penanda arah di pertigaan Oro-oro Dowo yang pada saat itu menggunakan bentuk tangan yang sedang menunjuk ke berbagai arah dan terbuat dari kayu. Namun dari cerita lain, disebut juga bahwa nama ini berasal dari daun aneh yang dimiliki oleh jajaran pohon yang ada di wilayah Kayutangan. Konon daun dari pohon tersebut membentuk telapak tangan yang berkembang sehingga muncul nama Kayutangan.

Setelah kota Malang berdiri, wilayah Kayutangan semakin berkembang dan merupakan pusat perdagangan dari kota Malang. Di jalan ini terdapat berbagai macam toko dan juga bengkel yang berjajar membentuk sebuah areal perdagangan yang cukup elite pada masa itu. Hal ini terutama karena sebagaian besar pedagang serta konsumen di wilayah Kayutangan merupakan warga Belanda yang tinggal di Malang.

Kayutangan tahun 80-an
© tropenmuseum.nl/Tropen museum

Pada masa Malang Bumi Hangus, wilayah ini karena dianggap oleh para pejuang cukup berbahaya karena dapat dikuasai lagi oleh Belanda dan sekutu maka beberapa bangunan juga dihancurkan dan dibakar. Daerah ini bersama beberapa daerah yang dianggap dikuasai Belanda pada saat itu cukup banyak dihancurkan dan berantakan.

Setelah kondisi lebih damai dan stabil, kompleks pertokoan Kayutangan kembali ramai dan semarak. Pada kisaran 1960-1980an, kompleks pertokoan di Kayutangan merupakan salah satu pusat keramaian yang cukup utama di wilayah Malang selain daerah Pasar Besar. Keramaian itu juga diimbangi dengan keindahan karena penataan jalan yang cukup baik dan serupa pada masa Hindia Belanda.

Jalan Kayutangan sekarang
© skyscrapercity.com/skyscrapercity.com

Kegemilangan wilayah Kayutangan sebagai sentra pertokoan mulai perlahan meredup pada media 1990-an, berkembangnya berbagai pusat perbelanjaan serta wilayah Malang yang semakin meluas mengakibatkan wilayah ini semakin ditinggalkan. Pada saat ini hal itu semakin gencar terjadi, banyak toko-toko lama yang sudah mulai tutup dan bahkan beberapa bangunan lama bersejarah telah dibongkar dan digantikan dengan gedung-gedung tinggi yang mulai bertambah.

Secara perdagangan dan sejarah, wilayah Kayutangan mulai berangsur habis dan ditinggalkan. Jika tidak ada perhatian yang lebih jauh dan konkret, mungkin bahkan tinggal menunggu waktu bukan hanya bangunannya yang habis, namun juga sejarah dan nama Kayutangan akan mulai menghilang dari benak masyarakat Malang.

PILIHAN EDITOR

(RWP)
  1. Sejarah Malang
  2. Ngalam lawas
  3. Jelajah Malang
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA