1. MALANG
  2. GAYA HIDUP

Sabilillah, laskar ulama dan santri pejuang kemerdekaan dari Malang

Laskar Sabilillah merupakan pasukan yang berisi ulama dan santri yang ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Pertempuran Surabaya/Istimewa. ©2016 Merdeka.com Reporter : Rizky Wahyu Permana | Jum'at, 04 November 2016 10:41

Merdeka.com, Malang - Bulan november selalu menjadi bulan yang dikenang dalam perjuangan bangsa Indonesia untuk lepas dari cengkeraman bangsa luar. Pada bulan ini tepatnya pada 10 november 1945, terjadi perang besar-besaran di Surabaya dalam melawan sekutu yang kemudian hari tersebut diperingati sebagai Hari Pahlawan. Mengingat jarak dari Malang dan Surabaya yang cukup dekat, maka banyak Arek Malang yang juga turut berjuang dalam perang tersebut, salah satunya adalah Laskar Sabilillah yang dipimpin oleh KH Masjkur.

Bahkan di kota Malang sendiri terdapat satu monumen yang dibangun untuk memperingati dan mengenang perjuangan dari Laskar Sabilillah ini. Monumen ini sendiri memiliki bentuk sebagai masjid dan memiliki nama yang sama dengan laskar tersebut yaitu Sabilillah. Letaknya sendiri cukup strategis karena berada pada salah satu jalan protokol di Malang yaitu jalan Ahmad Yani.

Pembentukan laskar ini didahului oleh Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh Nahdlatul Ulama (NU) pada 22 oktober 1945. Selanjutnya dibentuklah berbagai laskar untuk usaha memperjuangkan kemerdekaan ini. Di Jawa Timur sendiri muncul laskar Sabilillah dan laskar Hizbullah yang dibentuk untuk membantu perjuangan.

Malang sendiri menjadi pusat dari laskar Sabilillah karena lokasinya yang dekat dengan Surabaya sebagai salah satu arena untuk pertempuran besar. Selain itu, kontur alam yang dimiliki oleh Malang menjadikan kota ini sangat cocok menjadi sebuah benteng pertahanan. Hal lain yang melatarbelakangi adalah karena asal dari KH Masjkur sebagai panglima dari laskar ini.

Laskar Sabilillah
© perpusnas.go.id/perpusnas.go.id

Menjelang pertempuran meletus, ada sejumlah kompi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang kelak menjadi TNI berangkat untuk bertempur. Pada saat itu, berangkat juga laskar Hizbullah dan Sabilillah dari Malang. Laskar Hizbullah Malang berangkat ke Surabaya dipimpin oleh K.H. Nawawi Thohir dan Abbas Sato dengan jumlah 168 pasukan.

Laskar Sabilillah yang berasal dari kalangan santri dan ulama juga turut berperang ke Surabaya dengan segenap kekuatan yang mereka miliki. Kehadiran para ulama dalam perjuangan tersebut terutama dengan turunnya KH Masjkur dalam pertempuran tak ayal lagi menumbuhkan perasaan yang positif bagi sejumlah tentara lain.

Walau berpusat di Malang, namun anggota Laskar Sabilillah juga berasal dari sejumlah ulama dan pesantren lain di seluruh wilayah Jawa Timur. Di Surabaya mereka berkumpul dan bertempur bersama di bawah bendera Laskar Sabilillah dalam upaya memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia yang usianya masih terhitung bulan.

Secara tekad, Laskar Sabilillah merupakan salah satu barisan tentara yang paling kuat. Pada dasarnya karena berasal dari golongan ulama dan santri, tidak banyak anggota laskar ini yang memiliki pengalaman perang, selain itu mereka juga hanya menggunakan senjata-senjata tradisional semata. Oleh karena itu, mereka ditempatkan sebagai salah satu pasukan pembantu yang membantu menjaga garis pertahanan pasukan Republik Indonesia.

Dengan pengalaman dan persenjataan yang minim, senjata utama laskar ini adalah semangat dan keberanian yang tinggi. Semangat ini didasari atas sebuah kredo yang menyebut hidup mulia atau mati sahid, selanjutnya istilah ini berkembang di kalangan para pejuang dengan lebih singkat menjadi merdeka atau mati.

Pertempuran Surabaya
© 2016 merdeka.com/Istimewa

Walaupun memiliki modal yang tak banyak, namun pada akhirnya Laskar Sabilillah ini tetap maju ke garis terdepan pertempuran untuk meningkatkan semangat perjuangan para prajurit. Hasilnya, wilayah Surabaya menjadi sangat sulit ditaklukkan oleh pasukan sekutu dan pertempuran berlangsung berlarut-larut.

Pada akhirnya, pertempuran di Surabaya benar-benar berhenti ketika digelar gencatan senjata pada 14 oktober 1946. Laskar Sabilillah menunjukkan bahwa perjuangan dan jihad yang dilakukan oleh umat islam merupakan salah satu penyokong dari bertahannya kemerdekaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

PILIHAN EDITOR

(RWP)
  1. Sejarah Malang
  2. Ngalam lawas
  3. Keagamaan
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA