Kondisi disabilitas yang dialami Dani Aditya tidak menyurutkan niatnya menjadi komika dan bahkan membuatnya sebagai bahan.
Merdeka.com, Malang - Segala keterbatasan yang dimilikinya, ternyata tak menyurutkan jalan Dani Aditya menjadi seorang comic. Walaupun merupakan seorang penyandangn disabilitas dan memiiki keterbatasan verbal serta fisik, Dani tetap percaya diri dan telah mendalami dunia stand up comedy selama tiga tahun terakhir.
Dilansir dari Merdeka.com, Dalam setiap sesi open mic yang dilakukannya, Dani dengan percaya diri melempar joke-joke yang menjadi ciri khasnya. Bahkan kondisi fisik yang dimilikinya juga menjadi materi dalam lawakan yang disampaikannya.
"Kami ingin diperlakukan seperti orang lain. Gini-gini saya juga ingin tawuran lho, walaupun hanya bagian menjaga tas teman," kata Adit saat ditemui Merdeka.com pada senin (7/11).
Dani juga menyebut bahwa materi yang disampaikannya merupakan sebuah pesan dari para penyandang disabilitas kepada masyarakat. Dari materi yang disampaikannya itu, masyarakat diharapkan mengetahui yang diinginkan para penyandang difabel.
Selama ini, masih banyak orang yang tidak memahami bagaimana harus berhadapan dengan kaum difabel. Padahal, dalam perlakuan sehari-hari, pada dasarnya mereka tidak ingin diperlakukan khusus atau istimewa dan cukup biasa saja seperti pada kebanyakan orang.
"Saya ingin menyuarakan anak-anak seperti saya. Kita anak difabel tidak perlu dikasihani," tegasnya.
Dalam karirnya di Stand Up Comedy, Dani sempat masuk dalam Stand Up Comedy Kompas TV 5 (SUCI 5) dan sudah mengikutinya sejak SUCI 4. Bahkan Dani juga sudah beberapa kali mengikuti tur ke sejumlah kota di Indonesia.
Saat ini, nama Dani cukup dikenal sebagai seorang komika penyandang difabel. Dalam setiap lawakan yang disampaikannya, materi lawakan tentang disabilitas selalu dieksplore dan dibawakannya. Walau begitu, dia tidak mau kondisinya itu menjadi bahan agar mendapat belas kasihan.
Dalam setiap penampilannya di panggung, Dani memang terlihat cukup berbeda. Dia harus berada di atas kursi roda, karena kakinya memang tidak kuat menjadi tumpuan tubuhnya. Tetapi saat berjalan atau ke mana pun memilih jalan seperti kebanyakan orang.
"Kalau di panggung memang harus butuh kursi roda. Kalau akses ke panggung biasanya butuh dibantu petugas. Saya enggak kuat berdiri lama, tapi kalau jalan biasa ya," katanya.
Walau menjadikan kondisi difabel tersebut sebagai bahan lawakan dan untuk menyampaikan suara dari kondisinya, tak jarang hal itu malah menimbulkan belas kasihan. Dia menyampaikan bahwa ada penonton ternyata yang tidak mau tertawa karena 'kasihan', padahal sebagai komik memang butuh ditertawakan.
"Kok anaknya kayak gini, kalau diketawain kasihan. Padahal 'memang saya cari tawa, bukan cari kasihan'. Garing kalau tidak ada yang mau tertawa," ungkapnya.