1. MALANG
  2. GAYA HIDUP

Hilir mudik dokar sebagai andalan transportasi Malang masa lalu

Dokar dan cikar merupakan transportasi rakyat yang diandalkan pada masa lalu dan mulai menghilang saat ini.

©2016 Merdeka.com Reporter : Rizky Wahyu Permana | Jum'at, 14 Oktober 2016 00:01

Merdeka.com, Malang - Suara kusir yang mengucapkan kata 'histineng' sembari melecutkan tali pegangan kuda merupakan pemandangan yang biasa dijumpai beberapa puluh tahun lalu. Sambil berjalan melintasi berbagai lekuk kota Malang, kendaraan ini merupakan salah satu moda transportasi yang banyak diandalkan oleh masyarakat Malang pada masa lalu.

Pada masa sebelum kendaraan bermotor menguasai jalan seperti saat ini, pada masa lalu kendaraan beroda yang memenuhi jalanan kota Malang adalah sepeda atau disebut sebagai 'adapes lancap' dalam bahasa Malangan serta dokar. Dokar sendiri merupakan kereta beroda yang ditarik menggunakan kuda. Di daerah lain, moda transportasi ini sering disebut juga sebagai andong, delman, dan bermacam-macam lainnya.

Karena bisa mengangkut cukup banyak orang, kendaraan ini merupakan salah satu moda transportasi massal yang cukup banyak digunakan sebelum akhirnya digantikan oleh atax, bemo, dan kemudian mikrolet. Dokar sendiri memiliki 'saudara sepupu' yang tampilannya hampir sama hanya saja tidak memiliki tenaga kuda karena penariknya merupakan sapi. 'Sepupu' dari dokar ini sendiri disebut sebagai cikar dan memiliki fungsi yang sedikit berbeda.

Jika dokar lebih banyak digunakan untuk mengangkut manusia, cikar biasa digunakan untuk mengangkut barang. Oleh karena itu lah, jumlah cikar tidak sebanyak julah dokar dan tidak banyak dijumpai di kota-kota. Selain karena memang tidak mengangkat manusia, cikar juga cenderung memiliki kecepatan yang pelan.

Kata dokar sendiri disebut berasal dari kata dog cart atau kereta anjing sebelum kemudian mengalami perubahan bunyi menjadi dokar. Tentu saja dokar ini ditarik oleh kuda dan bukan anjing mengingat begitu besarnya kereta yang ditariknya.

Pada masa lalu, hampir di setiap pasar dan terminal yang ada di kota Malang, selalu ada saja 'pangkalan' dokar di sekitar tempat itu. Bahkan pada era bemo, dokar pun tidak serta merta hilang dan masih menjadi salah satu moda transportasi yang diandalkan.

Saking populernya, bahkan salah satu daerah di Malang diberi nama berdasarkan kebiasaan kuda atau dokar mangkal di tempat tersebut. Comboran yang kini dikenal sebagai pasar loak, pada mulanya merupakan terminal bagi dokar di kota Malang. Nama comboran sendiri berasal dari kata nyombor yang berarti kuda sedang buang hajat. Situasi pangkalan yang kumuh dan penuh dengan kotoran kuda akhirnya membuat daerah itu dikenal sebagai Comboran dan nama itu digunakan hingga sekarang.

Hanya saja sayangnya popularitas dari dokar ini tak dapat bertahan selamanya. Saat ini dokar maupun cikar sudah tidak menjadi transportasi umum di jalanan kota Malang. walau begitu dokar masih dapat ditemui di berbagai pusat kecamatan kabupaten Malang seperti di Tumpang ataupun Dampit. Di kota Malang sendiri dokar hanya dapat ditemui pada hari libur sebagai kendaraan wisata semata.

Kini jalanan kota Malang lebih banyak diisi oleh suara klakson dan deru kendaraan bermotor. Teriakan 'histineng' yang disertai suara tapak kaki kuda yang hilir mudik kini hanya tinggal jadi sejarah di kota Malang yang semakin padat dan macet ini.

PILIHAN EDITOR

(RWP)
  1. Sejarah Malang
  2. Ngalam lawas
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA