1. MALANG
  2. AREMANIA

Achmad Kurniawan, legenda di bawah gawang dan warisannya untuk Arema

Achmad Kurniawan merupakan salah satu penjaga gawang legendaris Arema dengan sejumlah pengalaman dan fondasi yang diberikannya untuk klub.

©2017 Merdeka.com Reporter : Rizky Wahyu Permana | Jum'at, 13 Januari 2017 00:01

Merdeka.com, Malang - Arema baru saja kehilangan salah satu kipernya yang pernah cukup lama mengawal gawang dengan ketangguhan yang luar biasa. Pada 10 januari 2017 lalu, Achmad Kurniawan yang merupakan kakak kandung dari Kurnia Meiga mengembuskan napas terkahir setelah tak sadarkan diri selama 12 hari.

Sebagai pemain Arema, Achmad Kurniawan memiliki karir yang cukup panjang di klub kebanggaan Arek Malang ini. Kiper yang biasa dipanggil AK ini mulai bersinar ketika dia membawa Persita Tangerang ke final Liga Indonesia pada tahun 2006. Kegemilangan yang ditunjukkannya membuat di mampu mengantar tim tersebut hingga ke final walau akhirnya kandas oleh Petrokimia Gresik.

Pada tahun 2006 itu juga, Achmad Kurniawan ditarik oleh Benny Dollo untuk memperkuat Arema Malang. Selama dua musim dia memperkuat Arema, Achmad Kurniawan memang tidak selalu menjadi penjaga gawang utama, bahkan lebih sering dia hanya menjadi pelapis Kurnia Sandy. Namun hal tersebut rupanya tak membuatnya menjadi kurang motivasi dan bermain asal-asalan ketika diturunkan.

Setelah dua musim membela Arema, AK memutuskan pindah ke Persik Kediri pada tahun 2008. Hanya bertahan semusim di Kediri, AK memutuskan untuk pindah tim lagi ke Semen Padang selama semusim sebelum kemudian akhirnya kembali berseragam Arema pada musim 2010.

Sejak 2010 hingga sekarang, AK tidak pernah pindah kota dan pindah tim. Kehadirannya di Malang ini sekaligus juga membawa sang adik kandung Kurnia Meiga untuk memulai karir di Malang. Walaupun lebih sering menjadi cadangan bagi sang adik, namun dilihat dari gaya bermain antara keduanya yang mirip, AK bisa dikatakan juga merupakan mentor bagi Kurnia Meiga.

Sebagai seorang penjaga gawang, AK bukanlah seorang kiper yang sering diam di belakang saja. Dia selalu berteriak ke barisan pemain di depannya untuk mengatur pertahanan mereka. Tak jarang dia juga tampak memarahi barisan pemain bertahan jika mereka melakukan kesalahan dan membiarkan lawan lolos dengan mudah.

Hal lain yang juga menonjol adalah kemampuannya dalam membaca posisi dan arah jatuhnya bola. Di mulut gawang, AK selalu dengan luar biasa selalu berada di tempat yang tepat dan berhasil membaca arah permainan. Hal ini lah yang membuatnya di putaran kedua ISL 2016 lalu tidak kebobolan terlalu banyak gol dan beberapa kali melakukan penyelamatan yang cemerlang.

Satu hal lain yang patut diingat dari kemampuan Achmad Kurniawan sebagai kiper dan tidak dimiliki banyak rekan sejawatnya yang lain adalah kemampuannya untuk mengatur tempo dan mengulur waktu. AK memiliki sejumlah cara untuk mengulur waktu dan memperlambat tempo terutama ketika timnya sedang unggul.

Tiga kelebihan AK ini mulai dari kemampuan mengatur barisan pertahanan, membaca arah bola, serta memperlambat tempo adalah hal yang diwariskannya secara sempurna kepada sang adik, Kurnia Meiga. Dengan fisik yang lebih menjulang dan kelebihan ini, tak heran Kurnia Meiga dengan bimbingan dari kakaknya mampu menjadi penjaga gawang yang sangat diandalkan oleh Arema bahkan Timnas Indonesia dari usia yang sangat muda.

Di penghujung karirnya, AK telah memberikan sangat banyak hal bagi Arema. Mulai dari runner up yang didapat oleh Arema Cronus pada musim lalu hingga Kurnia Meiga yang begitu tangguh sebagai penjaga gawang. Warisan AK sebagai seorang penjaga gawang tak akan begitu saja dilupakan oleh Aremania dan membuat namanya abadi sebagai salah satu legenda Arema.

PILIHAN EDITOR

(RWP)
  1. Arema FC
  2. Legenda Arema
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA