Ruddy Widodo mengaku ada sejumlah indikasi yang menunjukkan seorang pemain 'masuk angin' atau tidak.
Merdeka.com, Malang - General Manager Arema FC, Ruddy Widodo menyebut walau praktik match fixing sulit dideteksi seperti kentut, namun ada cara mengetahuinya. Dilansir dari Bola.net, Ruddy mengaku ada sejumlah indikasi yang menunjukkan seorang pemain 'masuk angin' atau tidak.
Menurut Ruddy, tengara yang paling mencolok adalah perubahan gaya hidup pemain. Pemain yang terindikasi 'masuk angin', sering tiba-tiba membeli sesuatu yang di luar kewajaran.
"Kita kan tahu salary pemain berapa. Kebanyakan, yang 'masuk angin' ini kemudian nggak bisa mengontrol gaya hidupnya," ujar Ruddy, pada Bola.net.
"Akhirnya, kita kan bisa mencurigai dari mana ia bisa membeli hal-hal seperti itu," sambungnya.
Selain itu, Ruddy menyebut, ada hal lain yang juga bisa menjadi indikasi apakah seorang pemain tak bermain 'seperti biasa'. Hal tersebut, sambung manajer berusia 47 tahun ini, adalah analisa terhadap permainan pemain bersangkutan.
"Ini yang mengajari saya adalah Daniel Roekito pada tahun 2000-an," tuturnya.
"Kita tinggal tonton ulang saja permainan pemain yang dicurigai melalui rekaman video. Nanti toh akan terlihat," ia menambahkan.
Sebelumnya, bahasan match fixing di sepak bola Indonesia mengemuka setelah kembali dibahas di salah satu program televisi swasta, Rabu (28/11) kemarin. Salah seorang narasumber acara tersebut, Bambang Suryo -yang merupakan mantan runner pengatur pertandingan-menyebut bahwa saat ini para pengatur pertandingan masih bebas beraksi di sepak bola Indonesia.
Lebih lanjut, Ruddy memastikan anak asuhnya musim ini bersih sama sekali dari indikasi 'masuk angin'. Menurutnya, para pemain Arema telah memiliki benteng kuat dari bisikan-bisikan para pengatur pertandingan ini.
"Mereka memiliki dasar ibadah yang bagus," ucap Ruddy.
"Selain itu, kami di manajemen selalu berusaha sebaik mungkin untuk ikut membentengi mereka. Salah satunya dengan memberikan hak mereka tepat waktu," pungkasnya.