1. MALANG
  2. KABAR MALANG

Rieke Diah Pitaloka jadi penari gandrung di Hari Batik Nasional

Anggota Komisi VI DPR Rieke Diah Pitaloka menjadi penari gandrung dalam peringatan Hari Batik Nasional yang digelar di Kota Malang, Jawa Timur.

©2017 Merdeka.com Editor : Rizky Wahyu Permana | Contributor : Darmadi Sasongko | Selasa, 03 Oktober 2017 10:52

Merdeka.com, Malang - Anggota Komisi VI DPR Rieke Diah Pitaloka menjadi penari gandrung dalam peringatan Hari Batik Nasional yang digelar di Kota Malang, Jawa Timur. Tanpa canggung, Rieke memainkan sampur yang mendadak dikalungkan ke lehernya oleh seorang penari Gandrung Banyuwangi.

Karena ketiban sampur, Rieke wajib menari ke atas panggung bersama para penari. Nasib yang sama juga dialami oleh Anggota Komisi X Ridwan Hisjam, Wakil Wali Kota Malang Sutiaji dan Owner Batik Tjelaket Hanan Djalil yang bernasib sama. 

Mereka diajak oleh para penari dengan mengalungkan selendang kuning ke atas panggung. Para penonton pun bersorak disertai tepuk tangan. Sambil menari, perempuan yang pernah populer memerankan karakter Oneng dalam Bajaj Bajuri itu mencari 'korban' lain untuk diajak menari ke atas panggung. Rieke pun akhirnya menjatuhkan selendangnya pada seorang mahasiswa dan mengajaknya menari ke atas panggung. 

Rieke Diah Pitaloka jadi penari gandrung
© 2017 merdeka.com/Darmadi Sasongko

Kontan ajakan Rieke mendapat tepuk tangan mahasiswa yang lain. Apalagi saat Rieke sengaja meletakkan selendang di atas kepala pria yang diajaknya menari.

Rieke hadir dalam peringatan Hari Batik Nasional dan deklarasi antikekerasan internasional. Ia pun didaulat untuk memimpin pembacaan deklarasi tersebut.

"Hari Batik Nasional bertepatan dengan Hari Antikekerasan Internasional. Alhamdulillah bisa mengorganisir anak muda dari lintas generasi, dari berbagai suku ras, agama dan golongan, juga para pimpinan agama dan golongan untuk sama-sama mendeklarasikan. Tanggal 2 Oktober itu bukan hanya sebagai Hari Batik, tetapi batik sebagai simbol toleransi," kata Rieke di Halaman Balai Kota Malang, Senin (2/10).

Kata Rieke, dalam sebuah batik memiliki kedalaman dan penghayatan, bagaimana warna-warna bisa berharmoni. Setiap daerah juga memiliki batik tanpa perlu berantem dengan ciri khas dan coraknya masing-masing.

"Batik itu memberikan kehidupan ekonomi bagi banyak orang. Mudah-mudahan ini menjadi agenda nasional dan bisa ditetapkan sebagai agenda internasional. Rutin setiap tahun menjadikan batik sebagai simbol perdamaian," urainya.

Pada kesempatan itu, juga digelar fashion show on the street yang menampilkan batik Malangan Tjelaket. Para peserta yang keseluruhan mengenakan batik diajak membacakan deklarasi damai.

PILIHAN EDITOR

(RWP) Laporan: Darmadi Sasongko
  1. Info Kota
  2. Kota Malang
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA