1. MALANG
  2. KABAR MALANG

Media sosial sarana efektif sebarkan radikalisme dan terorisme

Media sosial dinilai sebagai sarana efektif oleh kelompok radikal dalam penyebaran faham radikalisme dan terorisme.

©2017 Merdeka.com Editor : Rizky Wahyu Permana | Contributor : Darmadi Sasongko | Sabtu, 02 Desember 2017 13:14

Merdeka.com, Malang - Media sosial dinilai sebagai sarana efektif oleh kelompok radikal dalam penyebaran faham radikalisme dan terorisme. Sejumlah cara pendekatan dilakukan melalui media sosial guna merekrut para calon pengikut. 

Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol. Hamli, M.E mengatakan, kelompok-kelompok radikalisme manfaatkan perkembangan teknologi informasi. Awalnya gerakannya hanya offline, tetapi kemudian dalam beberapa tahun terakhir sudah memiliki metode-metode dengan memanfaatkan media sosial dan lain-lain. 

"Yang marak dilakukan kan online. Kalau dulu antara 2000-2012 itu banyak offline, tetapi tahun 2013 sampai sekarang itu fifty-fifty, kecenderungan onlinenya banyak," kata Hamli di Hotel Atria Gajayana Kota Malang, Kamis (30/11).

Kata Hamli, gerakan yang dilakukan semakin rapi dengan memanfaatkan hubungan Sosial emosional tertentu. Patron guru-murid, idola-penggemar, keluarga, pertemanan dan perkawinan menjadi jalan dan ruang untuk menyebarkan faham tersebut.

"Karena yang online itu tetep diselesaikan dengan offline. Itu nantinya mesti ketemu dulu untuk prosesnya," katanya. 

Biasanya kalau lewat media sosial, kelompok tersebut akan menawarkan bergabung dalam grup Facebook, WA dan sebagainya. Selama dalam grup mulai berinteraksi dan berdiskusi dengan tema-tema yang mengarah.

"Kalau sudah diskusinya aneh-aneh, sudah lah nggak usah diikuti," tegasnya. 

Sementara itu, Kurnia Widodo salah satu mantan terpidana pelaku teror mengaku tetap menggunakan teknologi telepon untuk interaksi. Tentunya dengan berbagai cara yang dirasa aman. 

Kurnia mencontohkan, dalam sebuah pengajian suatu saat pernah menghadirkan seorang ustaz yang masih dalam penjara. Sang ustaz memanfaatkan video call dengan mengenakan semacam jubah dan duduk membengkuk seperti sedang berdzikir. 

"Ini biasanya ada yang mengawasi, kalau sipir lewat segera diberi tanda," tegas pria terpidana 6 tahun penjara ini. 

Kata Kurnia yang lulusan ITB dan ahli merakit bom ini, pengajian dilakukan biasanya memanfaatkan waktu-waktu salat dini hari atau subuh. 

PILIHAN EDITOR

(RWP) Laporan: Darmadi Sasongko
  1. Info Kota
  2. Peristiwa
  3. Keagamaan
  4. Media Sosial
  5. Kota Malang
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA