Din Syamsuddin sebut ajakan menonton film G30S/PKI sangat wajar dan penting agar masyarakat tidak melupakan sejarah.
Merdeka.com, Malang - Ajakan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo untuk kembali menonton film Gerakan 30 September dinilai sebagai sesuatu yang wajar. Ajakan itu, bahkan dianggap penting, lantaran bernilai sebagai pengingat atas sejarah kelam bangsa yang pernah terjadi.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan, PKI memiliki sejarah kelam yang tidak mungkin dihilangkan dari sejarah. Apalagi pemberontakan PKI tidak hanya terjadi sekali dalam perjalanan bangsa ini.
"Ajakan (nonton) itu sangat wajar dan penting agar bangsa ini tidak melupakan sejarah. Bahwa pemberontakan PKI itu sudah terjadi berulang-ulang, 1948 di Madiun, kemudian di banyak daerah-daerah lain. Kemudian terulang kembali," kata Din Syamsuddin dalam Muhammadiyah Education Award 2017 di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu (23/9).
Nonton film G30S/PKI bagian dari upaya penyadaran para generasi muda bahwa peristiwa kejam itu pernah terjadi. Pihaknya mengajak siapapun untuk tidak menutup-nutupi, apalagi menghilangkannya.
"Karena itu penyadaran bangsa terutama generasi baru dan generasi penerus, bahwa pernah terjadi peristiwa kelam di kehidupan kebangsaan kita. Ini tidak boleh ditutup-tutupi. Itu fakta sejarah," katanya.
Din menilai aneh dan bertanya-tanya, jika muncul sebagian pihak yang keberatan dengan ajakan nonton film tersebut. Padahal sejarah bagian dari pelajaran yang tidak boleh dilupakan, agar tidak kembali terjadi.
"Saya justru bertanya kalau ada orang yang tidak setuju. Kenapa tidak setuju, kepada generasi penerus yang ingin mengetahui fakta sejarah yang perlu menjadi pelajaran bagi kita ke depan," urainya.
Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyatakan, kegiatan nonton bareng film G30S/PKI sudah terlaksana. Tidak ada paksaan, masyarakat untuk menonton film tersebut. Gatot juga mengatakan, pemutaran film itu dilakukan karena sejak 2008, sejarah G30S/PKI sudah tak dimasukkan dalam pelajaran. Pemutaran film tersebut dilakukan untuk mewaspadai terulangnya peristiwa kelam tersebut.
"Sejarah kan cenderung berulang. Kalau berulang kan kasihan bangsa ini. Saya mengajak dan mengingatkan agar jangan sampai peristiwa ini terulang kembali. Orang mempersepsikan lainnya ya silakan saja. Haknya beda-beda kok enggak masalah. Saya tidak akan menanggapi itu. Yang penting saya kerjakan," kata Gatot.