1. MALANG
  2. KABAR MALANG

Air sampah ternyata bisa dimanfaatkan sebagai alternatif energi

Air sampah atau bisa disebut air lindi ternyata memiliki kegunaan dan dapat dimanfaatkan sebagai alternatif energi terbarukan.

©2016 Merdeka.com Reporter : Rizky Wahyu Permana | Selasa, 23 Agustus 2016 01:26

Merdeka.com, Malang - Air yang dihasilkan dari sampah atau biasa disebut air lindi ternyata juga dapat dimanfaatkan untuk hal yang berguna. Memanfaatkan air ini, Bappeda kota Malang coba buatnya sebagai sebuah sebuah alternatif sumber energi listrik terbarukan.

Hal itu lah yang diajukan pemenang lomba inovasi perwakilan Bapedda kota Malang dalam pemaparan Nominator Penghargaan Energi di Kementerian energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2016. Pada kesempatan tersebut, Hardiansyah nominator yang terpilih juga didampingi oleh kepala Bapedda kota Malang, Drs. Wasto. Inovasi dan teknologi yang diajukan itu sendiri diberi nama sebagai Microbial Fuel Cell (MFCs) Double Chamber and Dual Function Based on Anaerobic Leachate Water Treatment.

Latar belakang munculnya inovasi tersebut adalah karena pertumbuhan penduduk dan laju urbanisasi yang cukup tinggi di Kota Malang. Dampaknya adalah berupa tingginya beban sampah yang mencapai 600 - 800 ton setiap harinya yang mampu menghasilkan 800 liter air lindi per hari nya.

Air lindi sendiri adalah suatu cairan yang dihasilkan dari pemaparan air hujan pada timbunan sampah. Air lindi membawa materi tersuspensi dan terlarut yang merupakan produk degradasi sampah.

"Komposisi air lindi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis sampah terdeposit, jumlah curah hujan di daerah TPA dan kondisi spesifik tempat pembuangan tersebut" jelas hardiansyah.

Air lindi pada umumnya mengandung senyawa-senyawa organik (Hidrokarbon, Asam Humat, Sulfat, Tanat dan Galat) dan anorganik (Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium, Khlor, Sulfat, Fosfat, Fenol, Nitrogen dan senyawa logam berat) yang tinggi.

"Konsentrasi dari komponen-komponen tersebut dalam air lindi bisa mencapai 1000 sampai 5000 kali lebih tinggi dari pada konsentrasi dalam air tanah" tambahnya lagi.

Cairan pekat dari TPA yang berbahaya terhadap lingkungan itulah yang dikenal dengan istilah leacheat atau air lindi. Cairan ini berasal dari proses perkolasi/percampuran yang umumnya berasal dari air hujan yang masuk kedalam tumpukan sampah. Percampuran ini menyebabkan bahan-bahan terlarut dari sampah akan terekstraksi atau berbaur.

Untuk mengurangi kadar bahayanya, cairan ini harus diolah dari suatu unit pengolahan aerobik atau anaerobik sebelum dibuang ke lingkungan. Tingginya kadar COD dan ammonia pada air lindi bisa mencapai ribuan mg/L, sehingga pengolahan air lindi tidak boleh dilakukan sembarangan.

Karena proses yang cukup panjang, maka Pemerintah Kota Malang melalui Bappeda Kota Malang berusaha memfasilitasi Hardiansyah untuk menciptakan sebuah karya yang inovasi dan teknologi guna memanfaatkan keberadaan air lindi agar dapat digunakan masyarakat sekitar TPA Supit Urang sebagai sumber energi listrik terbarukan.

"Harapannya adalah terciptanya image yang baik mengenai limbah dalam mewujudkan masyarakat mandiri energi serta memberikan motivasi bagi masyarakat untuk mengoptimalkan pemanfaatan biomasa disekitar lingkungan untuk konversi ke energi alternatif" ujar Wasto.

"Ini juga merupakan bukti jika potensi kreatif di Kota Malang ini sangat bagus," sambungnya.

Bappeda juga berencana akan mengembangkan potensi kreatif warga dengan membentuk paguyuban bersama sebagai wadah dan tempat berkumpul para inovator untuk berdiskusi dan mengaplikasikan hasil karya mereka.

Tak hanya itu, pemerintah juga akan menjembatani hasil karya para inovator ini untuk dipatenkan serta dipasarkan dengan menggandeng Malang Creative Fusion (MCF) dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).

PILIHAN EDITOR

(RWP)
  1. Teknologi
  2. Ngalam Kipa
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA