1. MALANG
  2. GAYA HIDUP

Cobek batu gunung Arjuno yang tersebar hingga Kalimantan

Cobek batu asal lereng gung Arjuno ini telah dipasarkan hingga Kalimantan.

©2016 Merdeka.com Reporter : Rizky Wahyu Permana | Kamis, 04 Agustus 2016 11:02

Merdeka.com, Malang - Pada dapur masyarakat Indonesia ada sebuah benda sepele tapi dapat menentukan selera makan secara luar biasa. Benda bernama cobek ini merupakan salah satu alat penting dalam mengolah bumbu dan sambal untuk menambah kenikmatan saat bersantap.

Dilansir dari Merdeka.com, salah satu sentra produksi cobek batu tersebut terletak di Dusun Petung Wulung dan Bodean Putuk Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Ratusan warga di desa tersebut hidup dari membuat cobek yang bahannya diambil dari lereng gunung Arjuno tersebut.

"Kirim sampai Bali, Kalimantan dan sekitar Malang Raya," kata Darsono (50), tengkulak cobek di Bodean Putuk Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, rabu (3/8).

Darsono adalah salah satu tengkulak yang membeli cobek dari rumah ke rumah untuk kembali dijual ke luar kota. Dia mengumpulkan cobek hingga jumlah tertentu sebelum kemudian dikirimkan melalui kapal.

Cobek-cobek yang akan dikirim itu diikat setiap sepuluh buah dan diberi nama pemesannya. Darsono hanya mengantarkan barang tersebut ke Tanjung Perak, Surabaya kemudian nanti salah seorang kawan akan mengambil sesuai pesanannya.

"Diikat dan diberi kardus biar aman saat perjalanan. Mau diantar ke kapal di Tanjung Perak," katanya.

Kata Darsono, cobek batu tidak bisa diproduksi dari sembarang bebatuan, tetapi harus mencari jenis batu tertentu. Di daerah lain, seperti Kalimantan tidak ditemukan batu jenis serupa sehingga cobek-cobeknya harus dikirim ke sana.

"Jenis batunya berbeda dengan batu kebanyakan. Tidak keras tetapi juga tidak mudah pecah saat dibentuk atau diukir," tegasnya.

Sebenarnya juga dikenal cobek berbahan tanah liat yang dibakar, tetapi karena selera banyak yang memilih dari batu. Alasannya lebih keras dan lebih mudah untuk menghancurkan bumbu.

Sutrisno (39), pengrajin cobek asal Dusun Petung Wulung mengaku memasarkan langsung produksinya di sekitar Malang Raya. Dia akan mengantarkan cobeknya ke agen-agen, pasar dan tempat wisata untuk dijual.

"Pokoknya untung, sudah saya lepas. Saya kirim sendiri, kalau ada yang telepon minta kiriman," katanya.

Sutrisno membuat sendiri cobek yang dijualnya, dari proses pembentukan hingga penghalusan. Sehari-harinya dia dibantu oleh istrinya dalam produksi cobek tersebut.

Sehari Sutrisno biasanya memproduksi sekitar 10 cobek berbagai ukuran. Namun tak jarang juga dirinya mengalami kerugian karena bahan yang dibeli kurang bagus.

Satu pick up bahan batu yang dibeli berhasil dibentuk menjadi sekitar 100 sampai 120 cobek. Kalau kurang dari itu biasanya merugi, karena tenaga kerjanya tidak terbayar.

"Untungnya krecek (batu kecil sisa) bisa dijual untuk bangunan, Rp 110-130 ribu per pikap. Kalau pasirnya, hasil penghalusan masih laku Rp 100 ribu per pikap," kata pria yang sejak SD sudah menjadi pengrajin cobek batu ini.

PILIHAN EDITOR

(RWP)
  1. Ngalam Kipa
  2. Kabupaten Malang
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA